KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) berencana menggelar aksi korporasi jumbo. Emiten tambang batubara ini akan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias
private placement. Emiten afiliasi Grup Bakrie ini akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 200 miliar saham biasa seri C di harga Rp 120 per saham. Sehingga, BUMI bakal mendapatkan dana segar sebanyak-banyak Rp 24 triliun. Jumlah ini setara dengan sebesar-besarnya US$ 1,6 miliar pada kurs tukar Rp 15.000 per dolar AS. Manajemen menjelaskan, dana hasil
private placement ini akan digunakan untuk dua keperluan. Pertama, melakukan penyelesaian kewajiban berupa pembayaran Utang PKPU kepada Kreditur PKPU.
Kedua, untuk tambahan modal kerja dan pembayaran biaya-biaya terkait restrukturisasi utang dan pelaksanaan PMTHMETD.
Baca Juga: Minta Restu Private Placement, Bumi Resources (BUMI) Gelar RUPS Bulan Depan Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan, investor yang mengambil bagian dari aksi korporasi akbar ini adalah pemegang saham pengendali yang memiliki afiliasi Bakrie. “Bakrie memperkuat kendali,” terang Dileep kepada Kontan.co.id, Rabu (21/9). Jawaban Dileep sekaligus menepis rumor masuknya Grup Salim ke dalam BUMI. “Jangan berspekulasi untuk saat ini,” tegas dia. Investor perlu cermat dalam menyikapi
private placement jumbo yang dilakukan BUMI. Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menilai, getolnya perusahaan dalam menerbitkan saham baru membuat jumlah saham yang beredar akan semakin menggemuk. Sementara itu, nilai perusahaan tetap, namun saham yang dikeluarkan semakin banyak sehingga menyebabkan nilai per lembar sahamnya akan turun. Untuk saat ini saja, jumlah saham BUMI sudah mencapai 140 miliar lembar, mengutip RTI. “Bakrie memanfaatkan momentum kenaikan harga batubara untuk melakukan penggalangan dana melalui BUMI,” terang Teguh kepada Kontan.co.id, Rabu (21/9) Secara sektoral, saham BUMI sebenarnya masih ditopang sentimen harga batubara yang solid. Bahkan, harga batubara saat ini masih betah di atas level US$ 400 seiring krisis energi di Eropa menjelang datangnya musim dingin. Hingga awal 2023 pun, Teguh menaksir harga batubara akan tetap tinggi, minimal di harga US$ 400. Ini membawa angin segar bagi saham-saham batubara seperti PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), PT Adaro Energy Tbk (
ADRO), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) yang harganya kemungkinan bisa naik lagi dari harga sekarang. Terlebih, adanya sentimen pembayaran dividen yang dilakukan emiten.
“Jika begitu, maka kemungkinan saham BUMI akan mengikuti, terkena sentimen,” kata Teguh. Teguh menekankan jika investor ingin masuk ke saham BUMI, investor harus ingat bahwa saham ini berbeda dengan yang lain. Sebab, jika sentimen pesta batubara usai, tidak menutup kemungkinan saham BUMI akan kembali mengendap di level
gocap. “Kalau saham-saham batubara lain jika turun masih bisa naik. Tetapi BUMI tidak bisa begitu, mengingat fundamental saham BUMI yang tidak bagus, seperti utang yang banyak dan ekuitas negatif. Kalau investor yang sudah lama di pasar modal seharusnya sudah tahu kalau mau masuk ke BUMI seharusnya spekulasi saja,” pungkas Teguh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi