KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyatakan insentif fiskal akan mendorong proyek hilirisasi batubara. Saat ini, emiten batubara Grup Bakrie ini manargetkan studi awal proyek hilirisasi batubara selesai pada tahun depan. "Insentif fiskal bisa menjadi faktor kunci kemajuan [hilirisasi batubara]," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava kepada Kontan, Rabu (16/10). BUMI tengah mengkaji potensi hilirisasi batubara dengan produk akhir antara metanol dan amonia yang ditargetkan untuk studi awalnya bakal rampung tahun depan.
Saat ini, BUMI masih menunggu aturan teknis turunan royalti 0% bagi perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) operasi produksi dan IUP kelanjutan operasi kontrak. "IUPK menyarankan target penyelesaian [hilirisasi batubara] pada tahun 2027/2028. Kami sedang berdialog dengan pihak-pihak yang berkepentingan," ujar Dileep.
Baca Juga: MIND ID Targetkan Laba Bersih Tembus Rp 30 Triliun di Akhir Tahun 2024 Selain itu, BUMI juga menunggu penerapan kebijakan pajak karbon yang akan berdampak pada keekonomian proyek hilirisasi yang akan digarap oleh BUMI. Adapun, PT Kaltim Prima Coal (KPC), anak perusahaan BUMI bakal gandeng mitra untuk menggarap proyek hilirisasi batubara. Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menawarkan sejumlah peluang kerjasama hilirisasi batubara kepada investor China dalam ajang The 7th Indonesia China Energy Forum (ICEF) awal September lalu. Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surya Herjuna mengatakan, sejauh ini rencana kerjasama baru diperoleh untuk proyek garapan KPC. "Untuk saat ini hanya dari proyek Kutai Timur ada rencana kerjasama. Masih dalam proses, kami juga belum dapat legalitasnya," kata Surya kepada Kontan, Selasa (17/9). Sejauh ini belum ada perubahan rencana untuk proyek hilirisasi yang akan dilakukan oleh KPC dan PT Arutmin Indonesia.
Asal tahu saja, dalam proyek hilirisasi batubara ini, KPC akan memasok kebutuhan batubara untuk proyek gasifikasi di Bengalon sekitar 5 juta ton-6,5 juta ton per tahun dengan kualitas GAR 4.200 kcal per kg. Ketika beroperasi, pabrik tersebut dapat menghasilkan 1,8 juta ton per tahun metanol. Sementara itu, PT Arutmin Indonesia semula merencanakan hilirisasi berupa proyek proyek coal to methanol dengan kapasitas produksi 2,95 juta ton per tahun. Belakangan, Arutmin dikabarkan mengubah proyek hilirisasi inimenjadi coal to ammonia.
Baca Juga: Hilirisasi Bauksit Terhambat, 7 Smelter Mangkrak Tanpa Investor Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati