Bumi Resources merugi US$ 666,21 juta



JAKARTA. Bisnis batubara yang memburuk di tahun lalu berimbas negatif pada PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Kinerja BUMI pun jeblok di tahun lalu. Perusahaan batubara milik Grup Bakrie ini mencatatkan kerugian bersih US$ 666,21 juta (sekitar Rp 6,4 triliun, kurs US$ 1=Rp 9.700). Padahal tahun 2011, BUMI masih bisa mencatatkan laba bersih US$ 216,29 juta.

Biang kerugian BUMI di tahun lalu antara lain berasal kerugian transaksi derivatif yang mencapai US$ 344,86 juta. Padahal tahun sebelumnya BUMI mendapatkan untung dari transaksi derivatif ini senilai US$ 66,06 juta.

Sebetulnya, di kuartal terakhir 2012, nilai kerugian transaksi derivatif ini sudah menurun. Sebagi perbandingan, di kuartal III 2012 silam, kerugian derivatif bumi tercatat US$ 422,04 juta.


Tapi, yang makin membenamkan kinerja BUMI adalah beban bunga dan keuangan yang terus membengkak. Tahun lalu, beban bunga dan keuangan ini tercatat sebesar US$ 620,54 juta. Padahal di kuartal III 2012, beban bunga dan keuangan BUMI masih tercatat US$ 453,58 juta.

Apesnya lagi, BUMI juga masih mencatat rugi selisih kurs senilai US$ 47,89 juta. Lalu, rugi pelepasan investasi dari entitas asosiasi US$ 26,67 juta, sementara sumbangan kerugian dari entitasi asosiasi sebesar US$ 25,94 juta.

Di sisi lain, berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, Selasa (2/4), pendapatan BUMI tahun lalu menurun 5,63% menjadi US$ 3,77 miliar. BUMI juga belum berhasil melakukan efisiensi. Akibatnya, laba kotor BUMI ikut turun karena beban pokok pendapatan membengkak 15,24% menjadi US$ 2,78 miliar. Laba kotor BUMI merosot 37,28% menjadi US$ 997,24 juta dari sebelumnya US$ 1,59 miliar.

Menurut Jansen Nasrial, pengamat pasar modal, penurunan pendapatan BUMI lebih disebabkan kondisi pasar batubara yang memburuk. Tapi, pada saat bersamaan, beban bunga dan kerugian derivatif menambah besar kerugian yang dicatatkan BUMI.

Maklum saja, utang BUMI banyak berdemoninasi dollar AS, plus bunga utang nan tinggi. "Bunga utang dari China Investment Corporation saja 19% per tahun," kata dia.

Jansen berharap, BUMI mempercepat pembayaran utang demi mengurangi beban dan memperbaiki keuangannya. Tanpa mengurangi utang, sulit bagi BUMI keluar dari kubangan beban.

Apalagi, bisnis batubara masih lesu di tahun ini. Permintaan sepi dan harga batubara masih rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana