Bumi Resources rugi setelah pajak US$ 111 juta



JAKARta. Rapor Bumi Plc, induk usaha PT Bumi Resources Tbk dan PT Berau Coal Energy Tbk, masih merah di semester I-2012. Di periode tersebut, perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa London ini menderita kerugian yang diatribusikan ke pemilik entitas induk senilai US$ 117 juta. Jumlah ini menyusut 62% daripada kerugian di semester I-2011 senilai US$ 308 juta.

Kendati menderita kerugian, Bumi Plc mencatatkan pertumbuhan laba operasional setinggi 106,45% year-on-year (yoy) menjadi US$ 128 juta pada semester I-2012.

Chief Executive Officer Bumi Plc, Nalin Rathod, mengungkapkan kinerja keuangan Bumi Plc dipengaruhi kerugian di tingkat anak usaha. Terutama karena pembayaran bunga yang cukup tinggi dan kerugian turunan dari Bumi Resources.


"Selain itu, harga batubara termal juga menurun secara signifikan selama beberapa bulan terakhir, bersama dengan harga logam mineral lainnya. Ini mencerminkan tantangan perekonomian global," kata Nalin, dalam laporan keuangan Bumi Plc yang dirilis Kamis (9/8) lalu.

Bumi Plc melaporkan, selama semester pertama tahun ini, Bumi Resources menderita kerugian setelah pajak mencapai US$ 111 juta. Padahal di semester I-2011, Bumi Resources masih mencatatkan keuntungan setelah pajak senilai US$ 41 juta. Manajemen Bumi Resources juga berupaya memangkas tumpukan utang, salah satu caranya dengan mencairkan investasi dan aset-aset non-inti. Emiten berkode BUMI ini memang berniat mempercepat pembayaran utang kepada China Investment Corp (CIC) senilai US$ 600 juta pada Oktober 2012.

Kenaikan kinerja operasional Bumi Plc berasal dari pertumbuhan penjualan Berau Coal Energy dan Bumi Resources. Selama paruh pertama tahun ini, Berau Coal dan Bumi Resources mencatatkan kenaikan volume penjualan batubara masing-masing 6,67% dan 9,36% menjadi 9,8 juta ton dan 32,7 juta ton. Tapi di periode yang sama, rata-rata harga jual batubara Bumi Resources menurun 3,61% yoy menjadi US$ 88 per ton. Sedangkan rata-rata penjualan batubara Berau Coal meningkat 2,68% yoy menjadi US$ 76,6 per ton.

BUMI memproyeksikan produksi batubara sepanjang tahun ini mencapai 75 juta ton, atau meningkat 13,64% daripada produksi 2011 yang sebanyak 66 juta ton. Adapun Berau Coal Energy (BRAU) menargetkan pertumbuhan produksi 0%-10% menjadi 20 juta-22 juta ton selama 2012.

Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri, perusahaan pengelola dana, berpendapat investor sebaiknya menjauhi saham-saham Grup Bakrie, termasuk BUMI. Menurut dia, dengan tumpukan utang yang cukup besar, saham BUMI sulit divaluasi secara discounted cash flow. "Tekanan jual saham BUMI akan semakin meningkat di periode Agustus-September ini," ungkap Jhon.

Dia pun merekomendasikan jual saham BUMI dengan target Rp 900 per saham dalam dua bulan ke depan. Harga saham BUMI, Jumat (10/8), di posisi Rp 1.130 per saham, atau sudah merosot sedalam 92,48% sejak awal tahun (year to date).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro