JAKARTA. Meski sudah berlangsung selama tujuh hari perdagangan, program pembelian kembali atau buy back saham oleh 10 perusahaan milik negara (BUMN) masih berjalan di tempat. Dana yang sudah terpakai masih belum mencapai 1% dari total anggaran.Contohnya, PT Aneka Tambang (Antam). Direktur Utama Antam Alwin Syah Loebis mengatakan, perusahaannya baru membeli kembali saham senilai Rp 1,7 miliar dari anggaran Rp 200 miliar. Sedangkan PT Timah Tbk hingga hari ini belum memakai anggaran buy back sebesar Rp 100 miliar. Sekretaris Kementerian Negara BUMN Said Didu mengatakan, selama satu pekan ini secara keseluruhan BUMN baru mengeluarkan Rp 20 miliar untuk buy back. Padahal, ke-10 BUMN, yang mengikuti program khusus di saat kondisi bursa saham terpuruk tersebut menganggarkan total dana sekitar Rp 7 triliun. Berarti, duit yang terpakai baru sekitar 0,28%.Penyebabnya, kata Said, adalah mekanisme auto rejection yang berlaku di bursa saham. Mekanisme ini membuat Harga saham sebuah perusahaan tidak bisa naik lebih dari 10% dalam satu hari. Alhasil, kenaikan harga saham berkat buy back tidak signifikan. Selain itu, ada prosedur standar yang tidak mengizinkan BUMN membeli sahamnya ketika harga saham itu naik sehari sebelumnya. Kalaupun dua peraturan ini tidak dilanggar, BUMN juga masih sulit membeli sahamnya. "Barang terbatas, otomatis orang banyak yang mengantre ingin membeli. Sehingga, harga sudah naik dan BUMN tidak bisa beli," kata Said.Di sisi lain, kita bisa mengartikan bahwa "gertak sambal" buy back ternyata sudah cukup ampuh untuk mengerem penurunan harga. Apalagi kondisi bursa saham global yang membaik juga ikut mengerem laju penurunan harga di bursa Jakarta. Jika keadaannya tidak mendesak, BUMN memang tak sepatutnya melakukan buy back.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie