JAKARTA. Pelepasan saham terkait proses divestasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Krakatau Steel (KS), PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, PTPN IV, dan PTPN VII melalui penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) masih tak kunjung jelas. Pasalnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) belum juga menentukan jadwal pembahasan divestasi itu dalam sidang mereka.Hal ini tentunya membuat pihak BUMN merasa kecewa. "Berikan kami jadwal segera untuk membahas divestasi ini. Ini seperti menunggu tokek berbunyi," tukas Said Didu, Sekeretaris Kementerian Negara BUMN hari ini (2/9) di Jakarta. Said berharap, pembahasan divestasi ini diperlakukan sebagai tanggung jawab yang harus dilaksanakan demi kepentingan rakyat.Namun menurut Drajat Wibowo Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), ada alasan kuat di balik penundaan tersebut. "Penundaan itu terjadi karena pasar yang belum kondusif dan kondisi psikologis rekan-rekan dalam membahas sesuatu yang sensitif," ujar Drajat kepada KONTAN. Drajat menjelaskan, masalah divestasi menyangkut masalah yang cukup krusial namun sensitif. Banyaknya kasus korupsi yang mendera DPR akhir-akhir ini mempengaruhi kondisi psikologis anggota dewan. Namun, Ketua Komisi XI Awal Kusuma memastikan, pembahasan mengenai divestasi tersebut akan segera dijadwalkan. "Kemungkinan akan segera kami bicarakan," ujarnya.
PTPN III Tetap Jalan, Meski Belum Ada Izin DPR Meskipun DPR belum mengeluarkan izinnya, namun manajemen PTPN III berencana untuk terus menjalankan rencana IPO mereka. Menurut salah satu direksi PTPN III yang enggan disebut namanya, proses IPO PTPN III sudah sampai pada pengajuan penjamin emisi atau underwriter. Rencananya Kamis (4/9), Tim Privatisasi yang dipimpin oleh Direktur Keuangan PTPN III Johannes Sitepu, akan bertolak ke Jakarta. "Mereka akan rapat dan mengajukan nama-nama underwriter-nya," tandasnya hari ini. Menanggapi hal tersebut, Direktur Perencanaan dan Operasional PTPN III Chairul Muluk membenarkannya. "Ya, tim privatisasi akan rapat di Jakarta besok Kamis," katanya. Sumber KONTAN itu juga mengatakan, underwriter yang akan diajukan terdiri dari tiga lembaga efek, yaitu Mandiri Sekuritas dan konsorsium antara Danareksa Sekuritas dengan Bahana Securities. Setelah diajukan, Kementerian Negara BUMN kemudian akan memilih yang terbaik antara Mansek atau konsorsium Danareksa dan Bahana untuk menjadi lead underwriter. Setelah itu, bersama dengan PTPN III, lead underwriter akan menentukan dan membentuk konsorsium tunggal dengan underwriter asing. "Nah, jika terpilih, rencananya Mandiri Sekuritas akan menggandeng UBS dan konsorsium Danareksa-Bahana akan menggandeng Credit Suisse," bisik sumber KONTAN tersebut. Menurut Vice President Investment Banking Danareksa Marciano, mereka memang mengikuti seluruh proses IPO PT Krakatau Steel, PTPN III, PTPN IV dan PTPN VII. Untuk IPO Krakatau dan PTPN VII, pihaknya bersaing sendirian. "Sedang untuk PTPN III, kami memang berkonsorsium dengan Bahana," katanya. Sedang Director Head of Investment Banking II Mandiri Sekuritas Iman Rachman menjelaskan, bahwa Mandiri Sekuritas memang akan berkonsorsium dengan UBS. "Tapi untuk konsorsium Danareksa dan Bahana, saya tidak tahu," jelas Marciano. Adapun dari hajatan IPO itu, PTPN III menargetkan bisa meraup dana segar maksimal Rp 2 triliun. Direktur Perencanaan dan Operasional PTPN III Chairul Muluk mengatakan, proses IPO ini masih sesuai dalam target semula. "Saham yang akan dilepas maksimal 30% dan dana Rp 2 triliun itu untuk mengakuisisi tanah baru atau penambahan land bank, pembangunan pabrik kelapa sawit, penanaman kembali, dan rehabilitasi lahan," ujar Chairul.