BUMN Karya optimistis meski utang kian gendut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah BUMN Karya yang mendapat penugasan pemerintah untuk untuk menggarap proyek infrastruktur, kini punya banyak utang. Kini mereka musti pandai-pandai mengelola keuangannya terutama arus kas agar tidak negatif.

Sebagai catatan, sejumlah BUMN Karya mencatatkan arus kas negatif. Misalnya, arus kas dari aktivitas operasi Waskita Karya (WSKT) yang terlihat positif Rp 917 miliar pada 2015, pada 2016 telah berubah menjadi defisit Rp 7,7 triliun dan 2017 lalu menjadi Rp 5,5 triliun.

Kondisi serupa terjadi di Adhi Karya. Arus kas perusahaan ini tercatat negatif Rp 3,2 triliun pada 2017. Padahal, emiten berkode saham ADHI itu masih membukukan arus kas positif Rp 241 miliar pada akhir 2015.


Meskipun demikian perusahaan konstruksi pelat merah ini menegaskan kondisi arus kas mereka tidak perlu dikhawatirkan, dan bukan menjadi isu krusial. Mereka mengklaim, kas di tangan masih cukup besar, dan rasio utang saat ini masih cukup terjaga.

Seperti diungkapkan Harris Gunawan, Direktur Keuangan WSKT yang menyebut, kondisi keuangan perusahaannya tidak benar berdarah-darah. Sebab dari Rp 70 triliun fasilitas kredit yang diperoleh baru terpakai Rp 49 triliun.

Di samping itu, WSKT masih memiliki piutang sebesar Rp 26 triliun yang terdiri dari proyek LRT Palembang Rp 9 triliun, proyek lainnya yang sudah jadi sekitar Rp 10,5 triliun. Selain itu ada dana talangan lahan Rp 6,7 triliun.

Waskita memperkirakan akan menerima pembayaran dari proyek LRT Palembang Rp 4 triliun pertengahan Juli 2018 mendatang. Dengan adanya dana pembayaran itu, maka cash flow WSKT akan bertambah. "Dengan piutang Rp 26 triliun, perusahaan masih cukup kuat untuk mendanai belanja modal tahun ini yang kami anggarkan Rp 28 triliun," kata Harris kepada KONTAN, belum lama ini.

Hal senada diutarakan Direktur Utama WIKA Tumiyana. Ia menyebut, untuk melihat kondisi keuangan perusahaan tidak cuma dari pertumbuhan utang, tetapi juga harus membandingkan dengan pertumbuhan ekuitas.

"Dengan utang yang tumbuh, ini artinya kami tidak malas tapi aktif ekspansi yang akan jadi sumber pertumbuhan ke depan," kilahnya.

Bintang Perbowo, Direktur Utama PT Hutama Karya berpendapat senada. Ia menyarankan, untuk melihat kondisi perusahaan tidak cuma dari sisi utang tapi juga sisi aset dan future capital. "Kalau dalam membangun modal kurang pasti berutang. Kenaikan utang itu akan sama dengan kenaikan penjualan dan aset," terang Bintang.

Sedangkan buat Adhi Karya, arus kas tidak menjadi masalah. Adhi saat ini masih mencatatkan arus kas positif dari aktivitas operasi. Hal ini karena mendapatkan topangan dari pembayaran tahap pertama proyek LRT Jabodetabek sebesar Rp 3,8 triliun untuk progres pekerjaan sampai September 2017.

"Kami sedang mengajukan tagihan sebear Rp 1,5 triliun untuk progres pekerjaan sampai Desember 2017 dan sekarang masih dievaluasi BPKP." kata Budi Harto, Direktur Utama ADHI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie