KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arus kas operasional yang masih negatif, membuat emiten BUMN konstruksi memutar cara untuk memperbaiki posisi kas. Sistem pembayaran proyek konstruksi yang umumnya bersifat turnkey, mengakibatkan arus kas emiten seret. Isu ini pun membuat saham-saham emiten konstruksi terus bertengger di zona merah. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menjadi emiten dengan posisi kas negatif yang paling besar. Nilai kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi masih minus Rp 5,08 triliun. Sementara itu, arus kas PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga minus Rp 3,02 triliun. Nilai ini lebih tinggi dari posisi arus kas ADHI setahun sebelumnya yakni negatif Rp 1,9 triliun (lihat tabel). Namun, manajemen ADHI memastikan bahwa perusahaan tersebut masih mampu untuk membiayai proyeknya, termasuk membiayai proyek light rail transit (LRT) senilai Rp 31 triliun. Saat ini, ADHI tengah berusaha mencari alternatif pendanaan untuk mendanai proyek.
BUMN konstruksi ingin memperbesar kas
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arus kas operasional yang masih negatif, membuat emiten BUMN konstruksi memutar cara untuk memperbaiki posisi kas. Sistem pembayaran proyek konstruksi yang umumnya bersifat turnkey, mengakibatkan arus kas emiten seret. Isu ini pun membuat saham-saham emiten konstruksi terus bertengger di zona merah. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menjadi emiten dengan posisi kas negatif yang paling besar. Nilai kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi masih minus Rp 5,08 triliun. Sementara itu, arus kas PT Adhi Karya Tbk (ADHI) juga minus Rp 3,02 triliun. Nilai ini lebih tinggi dari posisi arus kas ADHI setahun sebelumnya yakni negatif Rp 1,9 triliun (lihat tabel). Namun, manajemen ADHI memastikan bahwa perusahaan tersebut masih mampu untuk membiayai proyeknya, termasuk membiayai proyek light rail transit (LRT) senilai Rp 31 triliun. Saat ini, ADHI tengah berusaha mencari alternatif pendanaan untuk mendanai proyek.