KONTAN.CO.ID - Rancangan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) terkait pedoman pengembangan berorientasi transit sudah memasuki uji publik. Di salah satu poin aturan tersebut bahwa pengelolaan kawasan Transit Orieted Development (TOD) dapat dilakukan dilakukan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten, kerjasama antara daerah atau melalu kerjasama antara pemerintah/pemerintah dan badah usaha. Namun, tidak jelas badan usaha yang dimaksud seperti apa. Hingga saat ini, yang terlibat dalam pengembangan kawasan TOD baru pengembang BUMN ataupun anak-anak usaha BUMN. Pengembang swasta belum ada yang yang melakukan pengembangan TOD meskipun ada yang tertarik untuk memasuki segmen ini. Perusahan-perusahaan BUMN yang sudah mulai melakukan pengembangan TOD diantaranya adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI), Perum Perumnas, dan PT Waskita Realty. Dan ada juga yang sedang mempersiapkan pengembangan seperti PT Waskita Karya dan PT HK Realtindo. Sementara pengembang swasta memang ada yang tertarik mengembangkan proyek TOD namun belum dirumuskan dalam bentuk rencana karena masih menunggu aturan resmi dari pemerintah. PT Metropolitand Land Tbk (MTLA), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan PT Pikko Land misalnya. MTLA berenecana bekerjasama dengan Perusahaan BUMN untuk mengembangkan proyek TOD di Bekasi yang akan dilalui oleh proyek LRT Jabodetabek. Sedangkan APLN ingin menjadikan proyek perusahaan yakni Podomoro Golf View (PGV) seluas 60 ha yang ada di Cimanggis menjadi kawasan TOD yang terintegrasi dengan LRT. APLN sebelumnya telah melakukan kajian dan mempersiapkan PGV menjadi TOD. "Pengembangan properti itu memang perlu transportasi massal dalam satu konsep seperti yang ada di negara-negara maju," kata Indra W Antono, Wakil Direktur Utama APLN pada KONTAN baru-baru ini. Selain di PGV, tidak tertutup kemungkinan bagi APLN untuk mengembangkan kawasan TOD di titik lain. Sebab menurut Indra, prospek pengembangan properti yang terintegrasi dengan transportasi publik pasti akan selalu menarik. "Tapi kami belum tahu rillnya dimana saja TOD akan dikembangkan itu dimana. Kalau sudah ada data, kami akan pelajari titik-titiknya dan akan kami coba masuk kesana," kata Indra. Adapun Adhi Karya lewat Departemen TOD melalui Departemen TOD dan Hotel telah mengembangkan empat kawasan TOD yakni Bekasi Timur bertajuk LRT City Bekasi Timur-Eastern Green dengan rencana pengembangan seluas 16,9 hektare (ha), Jaticempaka-Gateway Park 5,9 ha, Ciracas-Urban Signature 11,5 ha dan LRT City Royal Sentul 14,8 ha. Di Empat kawasan ini telah diluncurkan apartemen komersial yang dijual dengan harga Rp 15 juta-R 20 juta per meter persegi (m2). Dalam waktu dekat, ADHI juga akan segera mengembangka LRT City Cikoko seluas 1,2 ha. Adapun investasi pengembangan LRT City di lima lokasi dengan lahan sekitar 50 ha tersebut mencapai Rp 12,5 triliun. "Investasi LRT City akan terus bertambah seiring dengan penambahan lahan ke depan," ujar Budi. Untuk pengembangan LRT City, Adhi rupanya tidak sendiri. Perusahaan juga menggandeng kerjasama dengan perusahaan pemilik lahan.Seperti di Jaticempaka, perusahaan bekerjasama dengan perusahaan swasta PT Urban Jakarta Propertindo. Sedangkan di Ciracas bekerjasama dengan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Sementara Perumnas sudah mulai melakukan pengembangan proyek TOD di stasiun Tanjung Barat seluas 1,5 ha bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemilik lahan. Perumnas akan membangun tiga tower apartemen dengan kapasitas 1.232 unit. Selanjutanya, keduanya juga akan bekerjasama membangun proyek TOD di stasiun Pondok Cina. Adapun Waskita Realty akan mengembangkan empat kawasan Transit Oriented Development (TOD) bersinergi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Keduanya akan melakukan kerjasama build, operated and transfer (BOT) dengan jangka waktu sekitar 50 tahun. Proyek TOD pertama yang akan dikembangkan Waskita Realty berlokasi di Stasiun Bogor dengan luas sekitar 6,5 hektare (ha). Perusahaan akan membangun delapan tower setinggi 18 lantai disana dengan kapasitas sekitar 1.500 unit dan akan groundbreaking pada 5 Oktober 2017 dan akan rampung sebelum Oktober 2019. Sedangkan proyek kedua akan dibangun di stasiun Bekasi seluas 3,2 ha. Disana rencananya akan dibangun enam tower apartemen dan akan mulai groudbreaking awal Januari 2018. Proyek ketiga akan dibangun diantara stasiun Bogor dan Sukabumi yang akan digroundbreaking pada 10 November 2017. Sedangkan satu stasiun lagi masih dirahasiakan. "TOD yang akan digroundbrekaing tanggal 10 November tersebut sesuai dengan permintaan dari Menteri Perhubungan untuk diresmikan pembangunannnya bersamaan dengan groundbreaking proyek double track Bogor-Sukabumi," jelas Tukijo, Direktur Utama Waskita Realty. Di dekat stasiun Bekasi, Waskita Realty juga akan mengakuisisi lahan seluas 16 ha yang nantinya akan dikembangkan menjadi kawasan TOD juga bersamaan dengan pengembangan TOD kolaborasi perusahaan dengan KAI. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BUMN masih dominasi pengembangan TOD
KONTAN.CO.ID - Rancangan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) terkait pedoman pengembangan berorientasi transit sudah memasuki uji publik. Di salah satu poin aturan tersebut bahwa pengelolaan kawasan Transit Orieted Development (TOD) dapat dilakukan dilakukan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten, kerjasama antara daerah atau melalu kerjasama antara pemerintah/pemerintah dan badah usaha. Namun, tidak jelas badan usaha yang dimaksud seperti apa. Hingga saat ini, yang terlibat dalam pengembangan kawasan TOD baru pengembang BUMN ataupun anak-anak usaha BUMN. Pengembang swasta belum ada yang yang melakukan pengembangan TOD meskipun ada yang tertarik untuk memasuki segmen ini. Perusahan-perusahaan BUMN yang sudah mulai melakukan pengembangan TOD diantaranya adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI), Perum Perumnas, dan PT Waskita Realty. Dan ada juga yang sedang mempersiapkan pengembangan seperti PT Waskita Karya dan PT HK Realtindo. Sementara pengembang swasta memang ada yang tertarik mengembangkan proyek TOD namun belum dirumuskan dalam bentuk rencana karena masih menunggu aturan resmi dari pemerintah. PT Metropolitand Land Tbk (MTLA), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan PT Pikko Land misalnya. MTLA berenecana bekerjasama dengan Perusahaan BUMN untuk mengembangkan proyek TOD di Bekasi yang akan dilalui oleh proyek LRT Jabodetabek. Sedangkan APLN ingin menjadikan proyek perusahaan yakni Podomoro Golf View (PGV) seluas 60 ha yang ada di Cimanggis menjadi kawasan TOD yang terintegrasi dengan LRT. APLN sebelumnya telah melakukan kajian dan mempersiapkan PGV menjadi TOD. "Pengembangan properti itu memang perlu transportasi massal dalam satu konsep seperti yang ada di negara-negara maju," kata Indra W Antono, Wakil Direktur Utama APLN pada KONTAN baru-baru ini. Selain di PGV, tidak tertutup kemungkinan bagi APLN untuk mengembangkan kawasan TOD di titik lain. Sebab menurut Indra, prospek pengembangan properti yang terintegrasi dengan transportasi publik pasti akan selalu menarik. "Tapi kami belum tahu rillnya dimana saja TOD akan dikembangkan itu dimana. Kalau sudah ada data, kami akan pelajari titik-titiknya dan akan kami coba masuk kesana," kata Indra. Adapun Adhi Karya lewat Departemen TOD melalui Departemen TOD dan Hotel telah mengembangkan empat kawasan TOD yakni Bekasi Timur bertajuk LRT City Bekasi Timur-Eastern Green dengan rencana pengembangan seluas 16,9 hektare (ha), Jaticempaka-Gateway Park 5,9 ha, Ciracas-Urban Signature 11,5 ha dan LRT City Royal Sentul 14,8 ha. Di Empat kawasan ini telah diluncurkan apartemen komersial yang dijual dengan harga Rp 15 juta-R 20 juta per meter persegi (m2). Dalam waktu dekat, ADHI juga akan segera mengembangka LRT City Cikoko seluas 1,2 ha. Adapun investasi pengembangan LRT City di lima lokasi dengan lahan sekitar 50 ha tersebut mencapai Rp 12,5 triliun. "Investasi LRT City akan terus bertambah seiring dengan penambahan lahan ke depan," ujar Budi. Untuk pengembangan LRT City, Adhi rupanya tidak sendiri. Perusahaan juga menggandeng kerjasama dengan perusahaan pemilik lahan.Seperti di Jaticempaka, perusahaan bekerjasama dengan perusahaan swasta PT Urban Jakarta Propertindo. Sedangkan di Ciracas bekerjasama dengan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD). Sementara Perumnas sudah mulai melakukan pengembangan proyek TOD di stasiun Tanjung Barat seluas 1,5 ha bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemilik lahan. Perumnas akan membangun tiga tower apartemen dengan kapasitas 1.232 unit. Selanjutanya, keduanya juga akan bekerjasama membangun proyek TOD di stasiun Pondok Cina. Adapun Waskita Realty akan mengembangkan empat kawasan Transit Oriented Development (TOD) bersinergi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Keduanya akan melakukan kerjasama build, operated and transfer (BOT) dengan jangka waktu sekitar 50 tahun. Proyek TOD pertama yang akan dikembangkan Waskita Realty berlokasi di Stasiun Bogor dengan luas sekitar 6,5 hektare (ha). Perusahaan akan membangun delapan tower setinggi 18 lantai disana dengan kapasitas sekitar 1.500 unit dan akan groundbreaking pada 5 Oktober 2017 dan akan rampung sebelum Oktober 2019. Sedangkan proyek kedua akan dibangun di stasiun Bekasi seluas 3,2 ha. Disana rencananya akan dibangun enam tower apartemen dan akan mulai groudbreaking awal Januari 2018. Proyek ketiga akan dibangun diantara stasiun Bogor dan Sukabumi yang akan digroundbreaking pada 10 November 2017. Sedangkan satu stasiun lagi masih dirahasiakan. "TOD yang akan digroundbrekaing tanggal 10 November tersebut sesuai dengan permintaan dari Menteri Perhubungan untuk diresmikan pembangunannnya bersamaan dengan groundbreaking proyek double track Bogor-Sukabumi," jelas Tukijo, Direktur Utama Waskita Realty. Di dekat stasiun Bekasi, Waskita Realty juga akan mengakuisisi lahan seluas 16 ha yang nantinya akan dikembangkan menjadi kawasan TOD juga bersamaan dengan pengembangan TOD kolaborasi perusahaan dengan KAI. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News