BUMN merestui PPA terlibat penjualan GIAA



JAKARTA. Rencana pelepasan saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) milik tiga sekuritas pelat merah terus bergulir. Kementerian Badan Usaha Milik Negara meminta ketiga sekuritas segera melepas saham GIAA dan jangan menyimpannya terlalu lama.

Ketiga sekuritas yang menjadi joint lead underwriter (JLU) penawaran saham perdana (IPO) GIAA adalah Bahana Securities, Mandiri Sekuritas dan Danareksa Sekuritas. Ketiganya telah menyampaikan rencana pelepasan saham GIAA ke BUMN.

"Jangan menggantung terlalu lama sehingga menyulitkan mereka sendiri," ungkap Menteri BUMN Dahlan Iskan di Jakarta, Kamis (23/2).


Dahlan akan merestui apapun langkah ketiga JLU, asalkan hal tersebut merupakan keputusan terbaik bagi perusahaan. Dia juga mengizinkan mekanisme pelepasan saham melibatkan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

Pemerintah memang terus mematangkan rencana pelepasan saham GIAA. Sumber KONTAN pernah membisikkan, salah satu skema pelepasan itu melalui domestic structure. Maksudnya, akan ada satu fund, sementara namanya Falcon Fund atau Falcon Airlines. Institusi ini yang akan membeli sebagian saham Garuda dari Bahana Securities, Danareksa Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas di harga Rp 500 per saham. Falcon Airlines menyiapkan dana Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun untuk menguasai sebagian saham milik tiga JLU IPO Garuda. Total saham Garuda milik tiga penjamin itu sekitar 3,008 miliar.

Sebesar 50% sumber pendanaan menjadi tanggung jawab Nikko Securities. Separuhnya lagi di bawah koordinasi pemerintah, yang menyiapkan dua opsi demi menyokong pendanaan, yakni lewat PPA. Atau PPA berjalan sendiri.

Opsi konsorsium melibatkan beberapa pihak, antara lain PT Taspen, PT Jamsostek, GIAA , PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI), Mandiri Sekuritas, dan Danareksa Sekuritas. Jika ditanggung sendiri, PPA berniat meminjam dana ke sejumlah lembaga keuangan, seperti Sumitomo, Mitsui, Citibank, HSBC, dan Bank Mandiri.

Harga saham GIAA kemarin menyusut 1,64% menjadi Rp 600 per saham. Posisi ini juga lebih rendah 20% dari harga IPO yang senilai Rp 750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: