JAKARTA. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mendesak pemerintah meninjau ulang nilai suku bunga revitalisasi perkebunan kelapa sawit. Menurut mereka suku bunga 10% memberatkan petani kelapa sawit. Ketua Apkasindo, Sumail Abdullah mengatakan, nilai suku bunga itu lebih besar dibanding nilai suku bunga revitalisasi perkebunan seperti tebu yang hanya 8% maupun suku bung revitalisasi sektor peternakan yang hanya 7%. Meski pemerintah masih memberikan subsidi untuk selisih antara suku bunga bank dan suku bunga revitalisasi, menurut Apkasindo selisih suku bunga yang disubsidi pemerintah masih lebih kecil dibanding revitalisasi perkebunan tebu dan peternakan. Dia mencontohkan, saat ini bunga pinjaman di bank untuk revitalisasi perkebunan mencapai 18%, maka pemerintah menyubsidi sebesar 8% sedangkan petani kelapa sawit menanggung sisa 10%. Berbeda dengan revitalisasi perkebunan tebu, dengan tingkat suku bunga yang sama, pemerintah mensubsidi 10% sedangkan petani tebu menanggung 8%. "Jadi yang kami rasakan perlakuan tidak adil, mudah-mudahan ke depan pemerintah bisa mengkaji ulang masalah ini," ujar Sumail seusai bertemu Wapres, Senin (15/12). Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Mangga Barani yang turut mendampingi Apkasindo mengatakan Wapres memahami masalah tersebut. "Memang suku bunga pinjaman saat ini relatif tinggi, namun permintaan meninjau ulang suku bunga revitalisasi itu harus disesuaikan dengan dengan kondisi keuangan pemerintah," ujar Achmad menirukan ucapan Wapres. Yang jelas, lanjut Achmad, meski suku bunga bank tinggi, pemerintah tetap menanggung selisihnya. "Kepada petani diberikan sepuluh persen, tapi selisihnya dari bunga bank disubsidi pemerintah," kata Achmad. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bunga 10% Memberatkan Petani Kelapa Sawit
JAKARTA. Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mendesak pemerintah meninjau ulang nilai suku bunga revitalisasi perkebunan kelapa sawit. Menurut mereka suku bunga 10% memberatkan petani kelapa sawit. Ketua Apkasindo, Sumail Abdullah mengatakan, nilai suku bunga itu lebih besar dibanding nilai suku bunga revitalisasi perkebunan seperti tebu yang hanya 8% maupun suku bung revitalisasi sektor peternakan yang hanya 7%. Meski pemerintah masih memberikan subsidi untuk selisih antara suku bunga bank dan suku bunga revitalisasi, menurut Apkasindo selisih suku bunga yang disubsidi pemerintah masih lebih kecil dibanding revitalisasi perkebunan tebu dan peternakan. Dia mencontohkan, saat ini bunga pinjaman di bank untuk revitalisasi perkebunan mencapai 18%, maka pemerintah menyubsidi sebesar 8% sedangkan petani kelapa sawit menanggung sisa 10%. Berbeda dengan revitalisasi perkebunan tebu, dengan tingkat suku bunga yang sama, pemerintah mensubsidi 10% sedangkan petani tebu menanggung 8%. "Jadi yang kami rasakan perlakuan tidak adil, mudah-mudahan ke depan pemerintah bisa mengkaji ulang masalah ini," ujar Sumail seusai bertemu Wapres, Senin (15/12). Sementara itu, Direktur Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Mangga Barani yang turut mendampingi Apkasindo mengatakan Wapres memahami masalah tersebut. "Memang suku bunga pinjaman saat ini relatif tinggi, namun permintaan meninjau ulang suku bunga revitalisasi itu harus disesuaikan dengan dengan kondisi keuangan pemerintah," ujar Achmad menirukan ucapan Wapres. Yang jelas, lanjut Achmad, meski suku bunga bank tinggi, pemerintah tetap menanggung selisihnya. "Kepada petani diberikan sepuluh persen, tapi selisihnya dari bunga bank disubsidi pemerintah," kata Achmad. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News