Bunga acuan BI diprediksi tetap 6% karena rupiah stabil dan inflasi rendah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan ini, Bank Indonesia (BI) akan menggelar rapat dewan gubernur (RDG) menentukan arah suku bunga. BI diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) di level 6%.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan, mempertahankan suku bunga di level 6% merupakan kebijakan paling realistis saat ini. Menurutnya, ada beberapa faktor yang bisa dilihat terkait arah kebijakan suku bunga. Yakni nilai tukar rupiah yang masih cukup stabil, inflasi cukup rendah dan kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) tidak akan mengerek suku bunga.

Saat ini posisi rupiah masih cukup stabil di level Rp 14.075 per dollar AS. Disisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi bulanan Maret 2019 sebesar 0,11% dan secara tahunan 2,48%. Sementara inflasi Januari-Maret 2019 tercatat 0,35%.


Selain itu, bank sentral Eropa, Jepang dan China diprediksi masih akan melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Namun, kata Hans, BI tidak dapat serta merta menurunkan suku bunga saat ini. Menurutnya, terdapat risiko yang harus di waspadai terutama dari defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

“CAD masih diperkirakan lebar di level 2% sampai 2,5% yang bisa menimbulkan risiko ke pasar. Sebelumnya CAD pernah ke 3% sekarang bisa di 2% sampai 2,5%. Tentu BI akan memantau CAD. Jika membaik baru bisa menurunkan bunga,” ujar Hans kepada Kontan.co.id, Selasa (23/4).

Menurutnya, CAD akan cukup berisiko begitu dana asing keluar dari Indonesia dan dapat berdampak ke pelemahan rupiah. Agar portofolio asing tidak keluar maka bunga harus tetap tinggi di pasar.

Hans menambahkan, saham sektor perbankan masih akan menarik lantaran ekonomi cukup terkendali saat ini. Ekspansi ekonomi diprediksi akan terus ada pasca pemilu dan sektor bank akan membaik walaupun bunga tidak turun.

“Valuasi saham bank lumayan mahal. Tapi, BMRI dan BBNI masih ada potensi upside,” ujar Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat