Bunga acuan BI naik 25 bps tak akan ganggu pertumbuhan ekonomi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan mengatakan, bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada level 4,25% dinilai terlalu rendah dibandingkan ekspektasi inflasi. Level bunga acuan saat ini lanjut dia, cukup jika ekspektasi inflasi sebesar 3,5% di tahun ini.

Meski demikian, inflasi berpotensi naik ke angka 4% di tahun ini. "Dikurangi lah risikonya makanya kami pikir sebaiknya naikkan bunga dan toh nantinya suku bunga harus naik. Tren kenaikan bunga akan tetap terjadi, mau tidak mau," kata Anton di kantornya, Kamis (17/5).

Anton melanjutkan, stabilisasi rupiah memang bisa dilakukan melalui intervensi, selain melalui kebijakan suku bunga. Namun, cadangan devisa (cadev) Indonesia juga semakin tergerus.


Kenaikan 25 bps kata Anton, cukup untuk memberikan sinyal bahwa BI tidak behind the curve. Selain itu, kenaikan sebesar itu diperkirakan Anton juga tidak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. "Impact ke growthnya sendiri pun enggak terlalu besar," kata Anton.

Sebab, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi juga butuh waktu transmisi dan tidak serta merta. "Jadi misalkan pertumbuhan ekonomi turun jadi 5% dari 5,2%, enggak akan seperti itu," tandasnya.

Asal tahu saja, BI akhirnya menaikkan bunga acuannya (BI 7-day Reverse Repo Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,5%. Dengan kenaikan itu, maka deposit facility naik menjadi 3,75% dan lending facility naik menjadi 5,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto