Bunga acuan masih bisa naik, penerbitan surat utang korporasi cenderung terbatas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan yang masih berpotensi berlanjut membuat penerbitan surat utang korporasi diperkirakan tumbuh terbatas di tahun 2019 mendatang.

Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Salyadi Saputra menyebut, nilai penerbitan surat utang korporasi di tahun depan berpeluang tumbuh sekitar Rp 130 triliun. Jumlah ini lebih rendah ketimbang proyeksi nilai penerbitan surat utang korporasi di tahun ini sekitar Rp 135 triliun.

Adapun realisasi penerbitan surat utang korporasi hingga Oktober lalu yang tercatat di Pefindo sebesar Rp 123,77 triliun. Angka tersebut meliputi obligasi konvensional, sukuk, medium term notes, dan sekuritisasi.


Dia juga berujar, nilai penerbitan surat utang korporasi terbesar masih akan berasal dari perusahaan jasa keuangan dan perbankan. Di luar itu, kontribusi perusahaan dari sektor infrastruktur juga tidak bisa dikesampingkan.

“Dalam dua tahun terakhir, penerbitan surat utang dari perusahaan infrastruktur tumbuh cukup signifikan,” kata Salyadi ketika ditemui Kontan, Selasa (11/12).

Menurutnya, tantangan penerbitan surat utang korporasi di tahun depan berasal dari berlanjutnya kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS yang kemudian direspons oleh Bank Indonesia. Sentimen ini tetap mempengaruhi penerbitan surat utang korporasi di dalam negeri, walau terdapat kemungkinan The Federal Reserve akan mengurangi agresivitasnya di tahun depan.

Kenaikan suku bunga acuan oleh BI pun dipengaruhi oleh kondisi nilai tukar rupiah. “Kalau rupiah stabil, bisa saja suku bunga tidak jadi naik atau malah diturunkan sehingga efeknya bagus untuk penerbitan obligasi,” ungkap dia.

Managing Director Mandiri Sekuritas, Andy Bratamihardja menambahkan, para investor biasanya akan merespons kenaikan suku bunga acuan dengan cepat. Dalam hal ini para investor tersebut akan langsung meminta kupon tinggi terhadap surat utang korporasi yang diterbitkan.

Kondisi ini membuat pihak perusahaan mesti memutar otak lagi sebelum benar-benar menerbitkan surat utang. “Ada beberapa emisi surat utang yang mengalami perubahan tenor dan nilai pokoknya akibat kenaikan suku bunga acuan,” kata dia, hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia