Bunga acuan naik, bunga kredit konsumer ikut merekah di tahun lalu



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan pada kuartal II 2018 lalu, sejumlah perbankan terus melakukan penyesuaian terhadap suku bunga kredit. Bila dirinci berdasarkan segmennya, bunga kredit konsumer masih tercatat paling tinggi dibandingkan kredit lain. 

Lihat saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per November 2018 mencatat bunga kredit konsumer sebesar 11,8%. Posisi ini jauh berada di atas bunga kredit modal kerja (KMK) maupun bunga kredit investasi (KI) yang masing-masing 10,51%. 

Walau demikian, posisi bunga konsumer ini masih lebih rendah dibandingkan pada tahun 2017 silam yang sempat menyentuh 12,66% secara rata-rata.


Direktur Utama PT Bank Maybank Indonesia Tbk Taswin Zakaria mengatakan bunga kredit perbankan memang sempat turun cukup banyak pada tahun 2018 awal.

Hal ini disebabkan pada periode tahun 2017 BI banyak menurunkan bunga, namun hal ini berubah pada Mei 2018 dan seterusnya ketika BI memutuskan untuk menaikkan bunga acuan untuk menyesuaikan kondisi ekonomi global. 

"Bunga kredit kita sebenarnya sudah naikkan pada kuartal IV 2018. Kelihatannya masih akan ada kenaikan lagi di 2019 ini tapi kita tetap lihat kondisi pasar dulu," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin (18/2).

Lebih lanjut, Taswin justru mengatakan pada tahun 2018 Maybank lebih banyak melakukan penurunan bunga sebagai penyesuaian tren di 2017. Baru pada 2018 akhir peningkatan bunga kredit mulai terjadi.

"Perbankan cenderung 2018 itu penyesuaian bunga kredit, kuartal IV baru naik. Itu pun secara umum belum disesuaikan," terangnya.

Sebagai informasi saja, per 31 Januari 2019 suku bunga dasar kredit (SBDK) Maybank tercatat sebesar 10,75% untuk kredit ritel, kredit mikro 18,3% sementara bunga kredit konsumsi 9,75% untuk KPR dan non KPR 10%.

Secara terpisah, Direktur Keuangan Maybank Indonesia Thila Nadason menyebutkan sepanjang tahun lalu bunga kredit sudah naik 10 sampai 25 basis poin (bps). "Kami tidak mau naik banyak, kebanyakan untuk segmen bisnis dan UMKM kalau KPR (konsumer) sudah fix," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi