KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Perbankan tak akan segera merespon langkah Bank Indoensia yang Kamis (19/9) lalu kembali memangkas bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Persaingan likudiitas yang ketat dan proyeksi masih melandainya pertumbuhan kredit hingga akhir tahun jadi alasannya. Presiden Direktur PT Bank Panin Tbk (PNBN) Herwidayatmo bilang transmisi penyesuaian bunga kredit terhadap bunga acuan paling cepat bisa terjadi pada dua bulan mendatang.
Baca Juga: Faktor eksternal membuat tukar rupiah melemah terhadap dolar AS sepekan ini “Penyesuaian bunga acuan terhadap suku bunga simpanan di bank biasanya memang bisa ditransmisikan lebih cepat, sedangkan untuk suku bunga pinjaman mungkin sekitar 2 bulan hingga 3 bulan setelahnya. Karena siklus pembayaran pinjaman biasanya terjadwal, ada jangka waktunya,” katanya di Menara Kompas, Jumat (20/9). Selain itu, perseroan juga tak akan tergesa mengerek suku bunga kreditnya lantaran target pertumbuhan kredit Bank Panin masih jauh panggang dari api. Perseroan membidik untuk meraih pertumbuhan kredit hingga 12%. Sementara dari laporan bulanan pada Juli, pertumbuhannya tak sampai 1%. Tepatnya sebesar tepatnya sebesar 0,81% (yoy). Dari Rp 133,08 triliun pada Juli 2018 menjadi Rp 134,17 triliun pada Juli 2019. “Pertumbuhan kredit kami masih flat, namun kami optimistis bisa mencapai target 10%-12% karena masih ada beberapa bulan hingga akhir tahun,” lanjutnya. Dari laman resminya, rentang Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Bank Panin tercatat di kisaran 10,65%-18,00% pada Agustus 2019. Sedikit meningkat dibandingkan rentang pada Februari 2019 di kisaran 10,18%-18,00%. Kenaikan terjadi di semua segmen kredit, kecuali kredit mikro yang bertahan di level 18,00%.
Baca Juga: BI catat aliran modal asing masuk ke Indonesia Rp 189 triliun sejak awal tahun Hal senada juga dikatakan oleh Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiatmadja. Ia bilang perseroan butuh pertimbangan terkait biaya dana. Ini terkait ekses kenaikan bunga acuan sebesar 175 bps dari 4% menjadi 6% sepanjang 2018. bunga acuan yang berada di level 6% bertahan hingga Juli 2019. Sedangkan sejak Juli 2019 hingga September 2019 bank sentral telah melungsurkan bunga acuan 75 bps hingga ke level 5,25%. “Penurunan bunga acuan tentu merupakan hal yang positif untuk perekonomian. Yang jelas kami kan melakukan penyesuaian dengan memperhatikan kondisi biaya dana (cost of credit), dan permintaan kredit. Waktunya bisa segera dan sebagian lainnya dalam satu hingga dua bulan mendatang,” katanya kepada KONTAN terpisah. Meskipun berjuluk bank pemilik dana murah terbesar di tanah air, biaya dana BCA nyatanya juga naik akibat kenaikan bunga acuan sepanjang 2018 lalu. Pada Juni 2019 biaya dana perseroan berada di level 6,24%, meningkat 19 bps dibandingkan Juni 2018 sebesar 6,05%. Sementara pasapenurunan bunga cuan Bank Indonesia pada Juli dan Agustus lalu, perseroan cuma mengerek SBDK segmen konsumsi non-KPR dari 8,66% pada Februari 2019 menjadi 8,98% pada Agustus 2019. Sedangkan segmen lainnya tetap di kisaran 9,75%-9,90%. Sementara hingga Juli 2019, bank swasta beraset terbesar di tanah air ini tercatat telah menyalurkan kredit Rp 558,24 tiliun, tumbuh 12,49% (yoy) dibandingkan Rp 496,22 triliun pada Juli 2018.
Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 dan 2020 tak serendah proyeksi OECD Adapula
chief of Credit PT Bank Danamon Tbk (BDM) Dadi Budiana yang menyatakan pihaknya tak bisa segera menurunkan suku bunga simpanan maupun kreditnya lantaran butuh waktu penyesuaian.
Dari lama resminya, Bank Danamon masih menggunakan SBDK per Juni 2019 di kisaran 10,00%-17,00%, rentang tersebut belum berubah sejak awal tahun. Meskipun sudah terjadi dua kali penurunan bunga acuan Bank Indonesia pada Juli dan Agustus. “Kami tentu menyambut baik keputusan Bank Indonesia ini. Di tengah kondisi ekonomi yang cukup menantang saat ini, penurunan bunga acuan diharapkan bisa menjaga tidak terjadi pelemahan ekonomi. Kami pun tentu akan melakukan penyesuaia, tapi tentu tidak segera,” katanya kepada KONTAN. Per juli 2019, perseroan sendiri telah meraih pertumbuhan kredit sebesar 6,76% (yoy). Dari Rp 94,67 triliun pada uli 2018 menjadi Rp 101,07 triliun pada Juli 2019. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini