Bunga BI naik, penurunan cadangan devisa Juni tak sederas awal tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa Indonesia hingga akhir Juni 2018 sebesar US$ 119,8 miliar. Jumlah itu menyusut US$ 3,1 miliar dibandingkan akhir Mei 2018 yang sebesar US$ 122,9 miliar.

Penurunan ini juga lebih dalam ketimbang bulan Mei 2018 yang mengempis US$ 2 miliar dari akhir April 2018 sebanyak US$ 124,9 miliar. Namun, penurunan cadangan devisa di bulan Juni 2018 tersebut tidak lebih tinggi dari penurunan pada Februari 2018.

Pada bulan Februari 2018 tercatat cadangan devisa melorot hingga US$ 3,9 miliar menjadi US$ 128,06 miliar. Ini menjadi penurunan bulanan terbesar cadangan devisa di periode Januari-Juni 2018.


Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, meski penurunan cadangan devisa pada Juni 2018 lebih kecil dari Februari 2018, tekanan yang dihadapi Indonesia masih tidak banyak perubahan. Di awal-awal tahun ini, penurunan cadangan devisa terjadi akibat BI mengintervensi rupiah yang melemah akibat tersenggol sentimen yield surat utang Pemerintah AS yang naik.

“Februari kan sempat deres terus mereda. Ini pukulannya masih ada dan malah makin bertambah. Ditambah dengan risiko perang dagang, plus China yang melonggarkan kebijakan moneternya,” kata David kepada KONTAN, Jumat (6/7).

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pada kuartal II tahun ini, intervensi BI lebih terukur dan kenaikan suku bunga telah berpengaruh. “Tidak melulu setiap rupiah lemah diintervensi. Makanya di kuartal II-2018 penurunan cadangan devisa lumayan kecil. Kalau awal tahun, volatilitasnya cepat pada Januari-Februari,” kata dia.

Menurut Josua, posisi cadangan devisa hingga Juni 2018 masih aman. Sebab, masih jauh di atas standar kecukupan untuk membiayai tiga bulan impor.

“Ini masih cukup untuk jadi buffer absorb volatilitas rupiah. Karena kan di bulan lalu pun BI sudah naikkan suku bunga acuan 50 bps. Jadi, meski intervensi jalan, BI masih menjaga cadangan devisa cukup tinggi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat