Bunga BI Tetap, Bank pun Enggan Turunkan Bunga



JAKARTA. Kendati mengakui tekanan inflasi mulai mereda, Bank Indonesia (BI) tak mengutak-atik bunga acuan. Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung kemarin mempertahankan BI rate sebesar 9,5%.

Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono yakin keputusan BI mempertahankan BI rate di 9,5% ini bisa membantu mengurangi potensi tekanan terhadap inflasi, terutama efek melemahnya mata uang rupiah. "Sekarang depresiasi nilai tukar itu satu-satunya yang akan membawa inflasi ke atas," kata Hartadi.

BI juga berharap bank segera menyesuaikan bunga kreditnya. Nantinya, penyesuaian itu diharapkan bisa membantu menurunkan inflasi lebih cepat.


Tapi, tampaknya, bank-bank juga masih enggan mengutak-atik suku bunganya. Direktur Utama PT Bank Mega Tbk Yungki Setiawan mengatakan, keputusan BI ini masih belum akan mendorong bank menurunkan tingkat suku bunganya, baik bunga deposito maupun bunga kredit. "Sementara, kami masih memakai bunga yang berlaku sekarang," katanya.

Yungki bilang, saat ini bunga di pasar masih tinggi. Sebagian besar bank masih tetap mempertahankan bunga tinggi. "Kami pun tidak ada pilihan, mengikuti bunga di pasar," imbuhnya.

Yungki sebetulnya berharap, suku bunga di pasar bisa kembali ke jalur BI rate. Dengan begitu, ongkos alias cost of fund bank juga bisa lebih murah. Selain itu beban bunga debitur pun juga bisa mengecil. Saat ini, rata-rata bunga deposito Bank Mega di kisaran 10%-11%. Sedangkan bunga kredit masih berada di posisi 15%-16%.

Wakil Direktur Utama PT Bank Tabungan negara (BTN) Evi Firmansyah menilai langkah BI untuk menahan BI rate di level 9,5% sudah tepat.

Evi mengatakan BI tak boleh terburu-buru menurunkan bunga acuan sebelum benar-benar bisa memastikan bahwa laju inflasi mulai mengendur. "Jadi, kalau mau menurunkan BI rate harus lihat bulan November ini, apakah angka inflasi masih rendah," tuturnya.

Kalau memang angka inflasi bulan November rendah, kata Evi, BI patut untuk menurunkan bunga acuannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie