JAKARTA. Reksadana pasar uang sepanjang tahun 2015 diprediksikan bakal memberikan imbal hasil relatif sama dengan realisasi tahun lalu. Suku bunga deposito yang tetap tinggi masih menopang kinerja reksadana jenis ini. Sepanjang tahun lalu, penyokong kinerja reksadana pasar uang adalah tren kenaikan suku bunga. Mekarnya bunga deposito, otomatis mengerek imbal hasil (return) aset dasar reksadana pasar uang ini, yakni deposito. Sekadar mengingatkan, reksadana jenis ini dapat berinvestasi pada deposito dan obligasi yang jatuh temponya di bawah 1 tahun.
Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management, Edward Lubis mengatakan, sepanjang tahun 2014, deposito berperan besar meningkatkan return reksadana pasar uang. "Ini karena tren suku bunga tinggi," ujar Edward, akhir pekan lalu. Tengok saja tahun lalu. Suku bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS rate), yang menjadi indikator bunga deposito, naik 50 basis poin, dibandingkan 7,25% pada akhir tahun 2013 menjadi 7,75% pada akhir tahun 2014. Hal ini mendorong perbankan menaikkan suku bunga deposito di tahun lalu. Akhirnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membatasi bunga deposito pada Oktober lalu. Reksadana pasar uang yang didominasi aset dasar deposito tumbuh signifikan. Reksadana kelolaan Bahana TCW yang bernama Bahana Dana Likuid misalnya, membukukan pertumbuhan return 9% di tahun 2014. Hasil ini berada di atas rata-rata kinerja reksadana pasar uang Infovesta sepanjang tahun 2014 yang sebesar 7,03%. Di tahun 2015, Edward melihat belum ada tanda-tanda penurunan suku bunga deposito dalam waktu dekat. "Sehingga prospek reksadana pasar uang masih cukup menarik, paling tidak hingga separuh pertama tahun," ujar Edward. Head of Operation and Business Development Panin Asset Management, Rudiyanto, mengatakan bahwa paling tidak pada semester I-2015 kinerja reksadana pasar uang tidak jauh berbeda dengan realisasi tahun lalu.