KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memangkas bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%. Kebijakan ini tentunya akan membawa bunga simpanan atau deposito semakin rendah setelah sempat turun dalam beberapa periode terakhir. Merujuk catatan BI, rata-rata bunga deposito satu bulan misalnya sudah menurun 181 bps ke level 4,27% pada Desember 2020. Malah, menurut data Laporan Harian Bank Umum (LBHU) BI per 23 Februari 2020, secara rata-rata bunga deposito perbankan ada di kisaran 4,19% sampai 4,45%. Meski begitu, simpanan perbankan hingga akhir tahun 2020 lalu tetap diminati nasabah, khususnya nasabah tajir.
Merujuk pada data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) simpanan dengan nominal di atas Rp 5 miliar masih tumbuh tinggi yakni mencapai 14,2% secara
year on year (yoy) per Desember 2020. Pertumbuhan serupa juga terjadi di simpanan dengan nominal Rp 1 miliar sampai Rp 2 miliar.
Baca Juga: Tren bunga rendah, instrumen investasi mana yang paling menguntungkan? Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id membenarkan kalau tren simpanan nasabah tajir tetap tinggi. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya yang menyebut simpanan dengan nominal Rp 500 juta ke atas tetap tumbuh. Sayangnya, perseroan tidak merinci besaran peningkatannya. Namun, Direktur Distribution and Retail Funding BTN Jasmin membenarkan kalau memang ada pergeseran dana, lantaran bunga deposito terus menurun. "Nasabah mencari pilihan investasi lain yang aman dan tetap menguntungkan misalnya obligasi, ORI, sukuk dan lain-lain," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/2). Hanya saja, Jasmin menegaskan kalau jumlah pergeserannya tidak signifikan. Sebabnya, perbankan termasuk Bank BTN sejatinya punya strategi untuk menjaga nasabah agar betah memarkir dananya. Yang terbaru misalnya, BTN meluncurkan tabungan Investa yang merupakan tabungan premium dan investasi untuk nasabah segmen menengah ke atas (
affluent). Salah satu sasarannya yaitu pebisnis, pengusaha muda dan milenial. Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh nasabah BTN Investa, semisal lebih fleksibel dan bisa diakses melalui aplikasi mobile banking, suku bunga lebih tinggi dari tabungan biasa, dan bisa memperoleh poin untuk mendapatkan benefit. "Tahun ini volume BTN Investa kami target Rp 3 triliun dan jumlah rekening bisa di atas 17.000 rekening," ujarnya. Wajar kalau bank tidak terlalu khawatir nasabah tajir memindahkan dananya ke instrumen lain. Pasalnya, menurut Jasmin potensi nasabah jenis ini cukup menjanjikan lantaran di Indonesia ada sekitar 52 juta orang yang masuk dalam kategori menengah atas. Sekadar informasi saja, per Januari 2021 bunga deposito (ritel) Bank BTN tertinggi ada pada level 4% untuk tenor mulai dari 1 bulan hingga 24 bulan tergantung dari besaran nominal. Senada, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem bilang per Desember 2020 pihaknya mencatat nasabah deposito atau simpanan dengan nominal di atas Rp 1 miliar tetap tumbuh sebesar 22% jika dibandingkan tahun 2019. Dia memandang, tren peningkatan ini merupakan refleksi dari loyalitas nasabah BCA, terutama pebisnis. Dus, pengalihan dana nasabah tajir tidak menjadi isu di BCA. Bukan tanpa alasan, bila merujuk pada laman resmi BCA tingkat bunga deposito bank swasta terbesar ini memang cukup rendah. Bunga deposito tertinggi dipatok perseroan sebesar 3% untuk seluruh tenor 1 bulan sampai 12 bulan per awal 2021. Walau begitu, merujuk pada laporan keuangan perseroan di akhir 2020 lalu pertumbuhan dana deposito tetap masif. Tercatat secara tahunan dana deposito BCA naik 14% dari Rp 172,77 triliun per 2019 menjadi Rp 196,89 akhir tahun lalu. Sedikit berbeda, PT Bank CIMB Niaga Tbk justru mengatakan tren deposito justru menurun. Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan menuturkan hal ini memang menjadi strategi perusahaan untuk meningkatkan porsi dana murah. "Untuk nasabah prima juga deposito secara umum tidak tumbuh," katanya.
Baca Juga: BI revisi proyeksi kredit, bank tetap optimistis target 2021 terlampaui Malah sebaliknya, dana murah CIMB Niaga justru meningkat 14% secara yoy tahun lalu. Pihaknya juga tidak menampik kalau minat nasabah tajir terhadap instrumen investasi di luar deposito memang sedang tinggi-tingginya.
Alhasil, beberapa nasabah pun memilih untuk menggeser dananya ke instrumen seperti obligasi, reksadana bahkan properti yang punya keuntungan lebih besar. Melihat fenomena bunga simpanan yang dipastikan masih akan turun, Lani juga tidak mematok target untuk deposito, pihaknya hanya memastikan deposito tumbuh flat alias stagnan saja. Sebaliknya, dana murah atau CASA justru dipatok naik dua digit. Sebagai informasi, per akhir 2020 CIMB Niaga memang membukukan deposito tumbuh negatif. Tercatat deposito turun -4% secara yoy dari Rp 87,34 triliun per 2019 menjadi Rp 83,81 triliun akhir tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi