Bunga Fasbi naik, obligasi tak menarik



JAKARTA. Harga obligasi pemerintah merosot. Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi), atau yang biasa disebut deposit facility, memicu penurunan harga obligasi pemerintah. Analis menilai kebijakan otoritas moneter meniupkan sentimen negatif bagi obligasi pemerintah.

Akhir pekan lalu (10/8), BI memutuskan menaikkan suku bunga Fasbi dari 3,75% menjadi 4%. Akibatnya, harga Surat Utang Negara (SUN) rontok. Itu terlihat dari indeks acuan harga obligasi pemerintah yang turun 0,91% menjadi 108,16, Senin (13/8). Koreksi berlanjut keesokan harinya, dengan kemerosotan indeks acuan obligasi pemerintah sebesar 0,09% menjadi 108,06.

Di saat harga rontok, otomatis, yield obligasi pemerintah meningkat. Kenaikan itu hampir terjadi di semua tenor. Kurva Indonesia Government Securities Yield Curve (IBPA-IGSYC) menunjukkan kenaikan tercepat terjadi untuk SUN tenor menengah, dengan kenaikan rata-rata 6,9 basis poin (bps). Sementara SUN tenor pendek dan panjang, naik sekitar 2,4 bps dan 2 bps.


Sekretaris Perusahaan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Tumpal Sihombing, mengatakan kenaikan itu merupakan indikasi tekanan jual atas SUN di pasar domestik belum berakhir. "Pelaku pasar mengalihkan dananya dari obligasi ke Fasbi," tutur dia.

Hitungan bulan

Eric Alexander, Ekonom Standard Chartered Bank, menambahkan, tekanan akibat kenaikan Fasbi akan berlangsung selama beberapa bulan mendatang. Investor berekspektasi, BI akan kembali menaikkan bunga Fasbi. Karena itu, tekanan terhadap harga obligasi masih akan berlangsung, dan baru akan usai jika ekspektasi kenaikan bunga Fasbi menguap.

Namun, untuk sementara investor domestik dan asing cenderung mengalihkan portofolionya, meski tidak terlalu drastis. "Investor akan melihat bahwa harga SUN sudah lumayan murah dan mereka kembali lagi," duga Eric. Apalagi, menurut dia, secara fundamental, kondisi pasar Indonesia masih kuat.

I Made Adi Saputra, Analis NC Securities, menuturkan dampak kenaikan bunga Fasbi hanya sementara dan terbatas. Kebijakan BI memberikan efek psikologis dalam beberapa hari ini. Dia melihat, penurunan harga obligasi cukup tajam pada awal pekan.

Efek terbesar terjadi di sektor perbankan. Pasalnya, Fasbi, alat BI menyerap likuiditas. Selain itu, investor akan menyesuaikan kondisi.Kalau tadinya sektor perbankan agresif masuk SUN, mereka menahan diri dan pilih masuk ke Fasbi. "Mungkin akan ada adjusment sementara dan harga SUN bisa naik lagi," prediksi dia.

Made menambahkan, sepekan harga obligasi masih cenderung turun. Meskipun efek Fasbi mereda, investor masih profit taking menjelang libur Lebaran juga antisipasi selama libur panjang. Dia memprediksi, pekan ini, yield obligasi mengalami koreksi terbatas, sekitar 5 bps-10 bps.

Ariawan, analis obligasi PT Mega Capital Indonesia, menduga koreksi berkisar 5 bps-10 bps di pekan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana