JAKARTA. Suku bunga pinjaman perbankan di dalam negeri yang semakin tinggi, membuat perusahaan multifinance mencari pinjaman dari luar negeri. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan adanya tren kenaikan pinjaman luar negeri di industri multifinance. Per September 2014, BI mencatat, pinjaman asing multifinance sebesar Rp 115,49 triliun, melonjak 14,07% (ytd) dari akhir tahun 2013 sebesar Rp 101,24 triliun. Di saat yang sama, pinjaman domestik oleh multifinance juga menurun. Hingga akhir kuartal III tahun ini, total pinjaman dalam negeri adalah sebesar Rp 137,71 triliun atau terkoreksi sekitar 3,09% (ytd). Padahal sumber pendanaan multifinance dari pinjaman domestik tahun 2013 mencapai Rp 142,11 triliun. Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) berujar, tren tersebut disebabkan oleh likuiditas dalam negeri yang ketat. “Bank loan juga sudah mendekati 92%. Dalam negeri likuiditasnya memang agak ketat, terjadi perlambatan kredit juga,” tuturnya. Salah satu perusahaan pembiayaan yang memiliki porsi pinjaman luar negeri cukup besar adalah Adira Finance yakni sekitar 20% dari total pendanaan. Berdasarkan laporan keuangan Adira per September 2014, perseroan memiliki pinjaman sebesar Rp 12,54 triliun. “Pada dasarnya kita terus mengupayakan diversifikasi sumber pendanaan agar terus melebar. Kalau semakin banyak, kita juga bisa optimalkan biaya dana biar lebih kompetitif,” ujar Direktur Keuangan Adira Finance, I Dewa Made Susila. Berdasarkan laporan keuangan terbaru Adira Finance, bunga pinjaman dari luar negeri yakni sekitar 1,85%-2,05%. Sedangkan bunga yang ditanggung Adira dari perbankan di dalam negeri sebesar 6,75%-11,25%. Selain itu, perusahaan pembiayaan yang juga memiliki porsi pinjaman luar negeri cukup besar adalah PT BFI Finance. Dari total pinjaman sebesar Rp 3,429 triliun per September 2014, perusahaan memperoleh dana asing sebesar 30% atau sekitar Rp 1,028 triliun.
Bunga kompetitif, multifinance incar dana asing
JAKARTA. Suku bunga pinjaman perbankan di dalam negeri yang semakin tinggi, membuat perusahaan multifinance mencari pinjaman dari luar negeri. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan adanya tren kenaikan pinjaman luar negeri di industri multifinance. Per September 2014, BI mencatat, pinjaman asing multifinance sebesar Rp 115,49 triliun, melonjak 14,07% (ytd) dari akhir tahun 2013 sebesar Rp 101,24 triliun. Di saat yang sama, pinjaman domestik oleh multifinance juga menurun. Hingga akhir kuartal III tahun ini, total pinjaman dalam negeri adalah sebesar Rp 137,71 triliun atau terkoreksi sekitar 3,09% (ytd). Padahal sumber pendanaan multifinance dari pinjaman domestik tahun 2013 mencapai Rp 142,11 triliun. Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) berujar, tren tersebut disebabkan oleh likuiditas dalam negeri yang ketat. “Bank loan juga sudah mendekati 92%. Dalam negeri likuiditasnya memang agak ketat, terjadi perlambatan kredit juga,” tuturnya. Salah satu perusahaan pembiayaan yang memiliki porsi pinjaman luar negeri cukup besar adalah Adira Finance yakni sekitar 20% dari total pendanaan. Berdasarkan laporan keuangan Adira per September 2014, perseroan memiliki pinjaman sebesar Rp 12,54 triliun. “Pada dasarnya kita terus mengupayakan diversifikasi sumber pendanaan agar terus melebar. Kalau semakin banyak, kita juga bisa optimalkan biaya dana biar lebih kompetitif,” ujar Direktur Keuangan Adira Finance, I Dewa Made Susila. Berdasarkan laporan keuangan terbaru Adira Finance, bunga pinjaman dari luar negeri yakni sekitar 1,85%-2,05%. Sedangkan bunga yang ditanggung Adira dari perbankan di dalam negeri sebesar 6,75%-11,25%. Selain itu, perusahaan pembiayaan yang juga memiliki porsi pinjaman luar negeri cukup besar adalah PT BFI Finance. Dari total pinjaman sebesar Rp 3,429 triliun per September 2014, perusahaan memperoleh dana asing sebesar 30% atau sekitar Rp 1,028 triliun.