Bunga KPR tinggi, penjualan properti lambat



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dalam Survei Harga Properti Residensial (SHPR) melaporkan adanya pelambatan pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer. Ini terlihat dari Indeks Harga Properti Residensial triwulan II-2017 yang tumbuh 1,18% secara kuartalan (quarter to quarter).

Angka tersebut turun dari 1,23% (qtq) pada triwulan sebelumnya.

“Kenaikan harga rumah terjadi pada semua tipe rumah, terutama tipe kecil, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Jabodebek dan Banten. Peningkatan harga rumah terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan bangunan dan biaya perizinan,” tulis BI dalam pernyataan resmi, Kamis (10/8).


Bank sentral menyatakan, volume penjualan properti residensial sendiri tetap tumbuh 3,61% (qtq) meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,16% (qtq).

Perlambatan penjualan properti dipengaruhi oleh masih terbatasnya permintaan terhadap rumah hunian sebagaimana terindikasi dari pertumbuhan penyaluran KPR dan KPA pada triwulan II-2017 yang melambat.

Faktor utama penyebab rendahnya pertumbuhan kegiatan properti ini menurut sebagian besar responden adalah suku bunga KPR yang masih tinggi.

Sebagian besar pengembang atau 55,30% menyatakan bahwa dana internal perusahaan masih menjadi sumber utama pembiayaan pembangunan properti residensial. Sementara dari sisi konsumen, fasilitas KPR (75,54%) masih menjadi pilihan utama dalam melakukan transaksi pembelian properti residensial.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia