Bunga Kredit Masih Sulit Turun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Suku bunga kredit masih naik secara tahunan. Mengacu pada data Bank Indonesia (BI) di bulan April 2023, suku bunga kredit modal kerja mencapai 8,92%, lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya yang berada pada 8,49%.

Amin Nurdin, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) mengatakan bahwa meskipun ada kemungkinan penurunan suku bunga kredit bank, tetapi hal ini masih sulit terjadi. Hal ini disebabkan Bank Indonesia (BI) saat ini juga belum menurunkan tingkat suku bunga acuannya.

Amin mengakui bahwa kondisi ekonomi yang melibatkan inflasi ini bisa mendorong BI untuk memikirkan penurunan suku bunga. tetapi saat ini BI juga sedang menunggu kebijakan tingkat suku bunga dari Amerika Serikat (AS).


“Sekarang bank juga sudah cukup menderita karena cost of fund yang demikian tinggi di DPK dan ini akan sangat berpengaruh ke banyak hal,” ujar Amin.

Doddy Ariefianto, Pengamat Perbankan dari Universitas Bina Nusantara (Binus), setuju bahwa penurunan suku bunga kredit perbankan tidak bisa terjadi begitu saja, karena saat ini bank-bank belum cukup efisien. Selain itu, risiko kredit saat ini masih cukup tinggi sejalan dengan situasi ketidakpastian yang masih ada. Oleh karena itu, Doddy menganggap penting untuk menjaga stabilitas saat ini.

“Lagi pula suku bunga kredit beberapa tahun terakhir ini masih rendah di single digit, tapi pertumbuhan ekonominya juga tak bisa maksimal,” ujar Doddy.

Baca Juga: Suku Bunga AS Bisa Naik Lagi, Begini Cara BI Menangkal Ketidakpastian

Dari perspektif industri, Lani Darmawan, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga menyebutkan bahwa suku bunga kredit saat ini lebih dipengaruhi oleh biaya pendanaan atau cost of fund yang naik karena kenaikan tingkat suku bunga BI dalam beberapa tahun terakhir.

“Namun bunga kredit sejauh ini tidak mengalami kenaikan sebesar kenaikan cost of fund, terutama untuk kredit korporasi,” ujar Lani.

Oleh karena itu, Lani menyatakan bahwa sepanjang tahun ini, banknya belum menurunkan suku bunga kredit yang dimiliki. Namun, dia tidak menutup kemungkinan adanya peluang penurunan suku bunga di masa depan.

Meskipun begitu, hal ini perlu dilihat secara menyeluruh apakah ada perbaikan dari segi makro dan apakah cost of fund dapat menurun, yang pada akhirnya akan membawa penurunan suku bunga kredit.

“Yang juga dampak dari BI rate jika tidak naik,” ujar Lani.

Baca Juga: BI: Inflasi Bisa Turun ke 2,9% di Akhir 2023

Rudi As Atturidha, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri menambahkan bahwa kebijakan suku bunga di Bank Mandiri diambil dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti kondisi likuiditas pasar, struktur biaya pendanaan, dan penyaluran kredit.

“Termasuk juga melihat tren suku bunga di pasar,” ujar Rudi.

Dia menjelaskan bahwa suku bunga dasar kredit (SBDK) Bank Mandiri saat ini adalah 8,05% untuk kredit korporasi, 8,30% untuk kredit ritel, 11,30% untuk kredit mikro, 7,30% untuk KPR, dan 8,80% untuk kredit konsumsi non-KPR.

Ida Bagus Ketut Subagia, Direktur Utama Bank Raya, menambahkan bahwa penetapan suku bunga dilakukan oleh bank secara berkala dan dievaluasi. Bagus menjelaskan bahwa evaluasi tidak hanya berdasarkan persaingan dengan bank lain.

Bagus menyatakan bahwa perlu juga mempertimbangkan biaya pendanaan yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga acuan, risiko kredit, dan biaya operasional yang harus ditanggung oleh bank.

"Dengan melihat situasi saat ini, maka bank akan berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga," kata Bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati