JAKARTA. Jangan berharap bunga kredit Anda akan melandai. Saat ini, sulit bagi bank-bank untuk menurunkan suku bunga pinjaman. Ini adalah efek domino dari operasi moneternya Bank Indonesia (BI). Dalam rapat dewan guberbur BI kemarin (12/9), BI memutuskan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate 25 basis poin menjadi 7,25%. Ini artinya, hanya dalam hitungan dua pekan, suku bunga acuan alias BI rate naik 0,75%. Pada 29 Agustus lalu, BI mengadakan rapat dewan gubernur "tambahan" dan memutuskan kenaikan BI rate dari 6,5% menjadi 7%. Kemarin (12/9), suku bunga acuan perbankan itu naik lagi menjadi 7,25%. Jika dihitung, dalam empat bulan terakhir yakni sejak Mei 2013 lalu, BI rate sudah terkerek hingga 1,5% (lihat infografis).
Tak pelak, kenaikan BI rate ini membawa dampak yang panjang. Bunga simpanan perbankan bakal mekar. Efek dominonya, bunga kredit juga akan ikut naik. Ketimbang kredit investasi dan kredit modal kerja yang memiliki jangka waktu pinjaman lebih panjang, suku bunga kredit konsumsi akan naik lebih cepat. Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dody Arifianto mengitung, antara 2 bulan - 3 bulan pasca kenaikan bunga simpanan, bunga kredit konsumsi seperti kredit tanpa agunan (KTA), kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit kendaraan bermortor (KKB) akan naik. Para bankir yang dihubungi Kontan mengaku sudah bersiap mengerek bunga kredit, meski masih malu-malu mengungkapkannya. Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengatakan, OCBC NISP akan menaikkan suku bunga kredit pada semua jenis kredit. "Kenaikan bunga kredit bertahap agar bisa diantisipasi nasabah," kata dia. Sementara, Vice President Head of Corporate Funding & Government CIMB Niaga, Erwina Wigneswara mengatakan Bank CIMB Niaga belum mengambil keputusan menaikkan atau malah menahan suku bunga kredit. Director Compliance and Human Resource Bank ICB Bumiputera Bambang Setiawan memastikan, Bumiputera akan menggerek suku bunga kredit KTA, KPR dan KKB. Apalagi, sejak BI rate naik bulan Juni lalu, ICB Bumiputera belum menaikan bunga kredit. "Kami tak akan menaikan bunga kredit terlalu tinggi, karena akan membebankan nasabah," kata dia menghibur. Direktur Utama Bank Windu Kentjana Luianto Sudarmana juga memastikan akan mengerek bunga kredit. Meskipun, belum mengetahui kapan saat yang tepat merealisasikan rencana itu. "Kemungkinan bunga kredit naik 25 basis poin," kata Luianto.
Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiatmadja mengatakan, pihaknya belum berencana menaikkan suku bunga kredit secara merata. Namun, suku bunga yang masih murah akan dikerek. "Suku bunga korporasi kemungkinan akan naik antara 10%-11%, suku bunga komersial dan kredit ritel naik berkisar 11%-12%," kata Jahja. Erwin Aksa, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menilai kenaikan suku bunga kredit memberatkan sektor riil. Beban biaya yang harus dipikul dunia usaha kian berat. 'Tanpa kenaikan bunga kredit, beban pengusaha sudah berat," timpal Nina Tursinah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Suku bunga tinggi akan membuat pengusaha mengerem laju ekspansi. Ini artinya, pelambatan ekonomi ada di depan mata. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: A.Herry Prasetyo