Bunga kredit seharusnya bisa turun lagi



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai, perbankan belum maksimal menurunkan bunga kredit. Buktinya, selisih (spread) antara bunga kredit dan bunga simpanan masih tinggi. Besarnya selisih ini menandakan masih ada ruang bagi pelaku industri untuk menurunkan bunga kredit.

Per September 2012, rata-rata bunga kredit dan suku bunga deposito 1 bulan masing-masing 12,2% dan 5,4%. Bunga ini tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya.

Mengacu ke data itu, selisih bunga kredit dan bunga simpanan mencapai 6,84%. "Ini menggambarkan masih adanya ruang bagi penurunan bunga kredit yang lebih besar, sejalan dengan perbaikan efisiensi operasional dan efisiensi penyaluran dana perbankan," tulis BI dalam Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) kuartal III-2012, yang dipublikasikan akhir pekan lalu.


Berdasarkan pantauan BI, bunga kredit konsumsi (KK) dan bunga modal kerja (KMK) di September sedikit turun. Sedangkan bunga kredit investasi (KI) cenderung stabil dari bulan sebelumnya. Rinciannya, bunga KI 13,7%, KMK 11,7%, dan KI 11,4%. Merujuk suku bunga dasar kredit perbankan, peningkatan terjadi pada korporasi sementara segmen lainnya stabil.

Direktur Keuangan Bank Tabungan Negara (BTN), Saut Pardede, menjelaskan, perbankan lamban menurunkan bunga kredit lantaran masih biaya dana dan beban operasional masih tinggi.

Pendorong biaya bunga adalah tingginya bunga simpanan yang diminta masyarakat penabung. Ada pun kenaikan beban operasional sejalan dengan ekspansi cabang dan penambahan pegawai.

Bank bisa menekan biaya operasional dengan penggunaan teknologi dalam melayani nasabah. Tetapi, itu harus didukung peningkatan pendidikan masyarakat. Jadi, prosesnya tidak bisa cepat. "Sedangkan biaya dana sulit dikendalikan karena tergantung permintaan penabung," ujarnya, pekan lalu. Saat ini biaya dana BTN masih berada di kisaran 5%.

Sementara, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI), Muhammad Ali, menegaskan, BRI terus berusaha menurunkan bunga kredit dengan melakukan berbagai efisiensi. Dengan bunga kredit yang lebih rendah, makin banyak masyarakat yang dilayani. "Tahun ini, kami sudah menurunkan bunga kredit 120 basis poin," ujarnya.

Direktur Utama Maybank Syariah Indonesia, Ibrahim Hasan, menilai, bunga kredit di Indonesia masih bisa turun asal ada integrasi IT yang di  perbankan dan leverage model. Maksudnya,  bank yang punya induk usaha sama dapat menarik dana pihak ketiga (DPK) dan kredit pada cabang bank yang sudah punya jaringan luas. "Hal ini mendorong efisiensi," ujarnya.

Informasi saja, berdasarkan penilaian BI, biaya dana dan biaya overhead merupakan sumber inefisiensi yang menyebabkan bunga kredit tinggi. Sumber inefisiensi di overhead berasal dari tingginya biaya tenaga kerja serta biaya barang dan jasa. Sepanjang 2011, biaya tenaga kerja mencapai 1,29% dari total biaya overhead. Adapun biaya barang dan jasa mencapai 0,54%. Tingginya kedua jenis biaya ini disebabkan oleh pembukaan cabang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: