Bunga naik, bisnis otomotif ASII tercekik



JAKARTA. Tahun ini bakal menjadi tahun yang berat bagi PT Astra International Tbk (ASII). Keputusan Bank Indonesia (BI) yang mengerek lagu suku bunga acuan BI rate sebesar 50 basis poin menjadi 6,5% di bulan Juli ini  akan  membebani penjualan otomotif ASII.

Direktur Utama ASII, Prijono Sugiharto mengakui, kenaikan BI rate bisa berdampak signifikan ke penjualan otomotif. ASII pun sudah menduga hal ini. Dalam jangka pendek, kenaikan BI rate mungkin belum akan terasa. Namun, bila tren kenaikan suku bunga acuan tersebut diikuti suku bunga kredit, ASII bisa terkena dampak buruk. Hanya saja, kata Prijono, ASII belum menghitung seberapa besar dampak tersebut.

“Sekarang masih terlalu dini untuk memonitor setelah kenaikan BI rate dua bulan berturut-turut. Mudah-mudahan tidak naik lagi,” ujarnya, Kamis malam (12/7).  Ia menduga, efek kenaikan BI rate dan bunga kredit tersebut akan mulai terasa pada kuartal IV 2013 nanti. Sejauh ini, penjualan otomotif ASII masih melaju meski mulai sedikit melambat.


Per Mei 2013 lalu, penjualan otomotif ASII sebanyak 268.072 unit naik 8,47% dari periode sama tahun lalu. Tahun ini, ASII menargetkan penjualan otomotif naik 17,5% dari tahun lalu sebanyak 605.191 unit.

Selain suku bunga, tekanan inflasi tinggi juga akan mempengaruhi daya beli masyarakat dalam membeli produk otomotif. Dus, di tahun ini, ASII cenderung lebih berhemat (efisiensi) karena menangkap sinyal perlambatan daya beli itu. Apesnya, kata Prijono, di saat yang sama harga bahan baku otomotif cenderung naik.

Efeknya di tahun depan

Direktur ASII, Johnny Darmawan mengakui, selama ini ASII memang diuntungkan oleh rendahnya tingkat suku bunga kredit, meski sedikit terganjal sejak pemberlakuan minimum uang muka. Namun, sampai semester I 2013, ia yakin,  ASII masih bisa menguasai 52% pangsa pasar otomotif.

Analis Bahana Securities, Leonardo Henry Gavaza menilai, jika BI rate bertahan di level 6,5% hingga akhir 2013, maka ASII baru akan merasakan dampaknya di tahun depan. Dia menduga, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan  BI rate bisa membuat penjualan otomotif ASII turun 10%-20% di 2014. Tahun ini, Leonardo memprediksi penjualan ASII masih bisa tumbuh 10% dari tahun lalu.

"BI rate dampaknya lebih ke likuiditas. Penyaluran pinjaman untuk pembelian kendaraan bisa berkurang," jelas Leonardo. Hal ini pernah terjadi tahun 2008 dan akibatnya penjualan ASII turun sekitar 20%.

Dia memprediksi, penjualan otomotif akan mulai melambat di kuartal akhir 2013 dan berlanjut di tahun depan. Dia menduga, di tahun ini, ASII akan membukukan pendapatan Rp 200 triliun, naik 6,35% dari 2012. Sedangkan laba bersih akan turun 2,16% menjadi Rp 19 triliun.

Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri sependapat bahwa kenaikan suku bunga akan menekan penjualan otomotif ASII sekitar 2%-3%. Tapi, jika BI rate naik lagi hingga ke level 7,5%, penjualan ASII akan tergerus 15%.

Selain otomotif, menurut dia, kenaikan BI rate juga bisa menggerus profit margin anak usaha ASII di sektor keuangan. Belum lagi perlambatan yang dihadapi lini usaha alat berat dan perkebunan.

Banyaknya sentimen negatif, menyebabkan Leonardo merevisi rekomendasi saham ASII dari hold menjadi reduce dengan target Rp 6.200. Sedangkan Jhon menyarankan sell dengan target Rp 6.200. Kemarin, harga ASII stagnan di Rp 6.600.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo