Bunga obligasi rekapitalisasi makin mungil



JAKARTA. Bank yang mengempit obligasi rekapitalisasi harus bekerja ekstra menjaga pertumbuhan kinerja. Bank-bank tersebut tidak lagi mencicipi bunga tinggi pasca perubahan acuan penghitungan bunga Sertifikat BI (SBI) 3 bulan menjadi Surat Berharga Negara (SBN) 3 bulan.

Sebelumnya, kupon obligasi rekapitalisasi variable rate (bunga mengambang) mencapai 6%, sementara saat ini tinggal 3%. Bunga SBI tidak lagi menjadi acuan, karena BI tidak lagi menerbitkan SBI tenor pendek alias di bawah sembilan bulan.

Obligasi rekapitalisasi masih dipegang bank BUMN. Bank Mandiri memiliki obligasi senilai Rp 70,46 triliun, BNI Rp 16,65 triliun, BRI Rp 4,31 triliun dan BTN sekitar Rp 6 triliun - Rp 7 triliun.


Dampak terbesar terjadi pada kinerja Bank Mandiri. September 2011, bank masih memperoleh kupon obligasi rekapitalisasi sekitar Rp 2,97 triliun atau 63,75% dari pendapatan non-bunga. September 2012, hasil kupon itu tinggal Rp 1,86 triliun atau 35,03% dari pendapatan non bunga.

Pada September 2011, BNI memperoleh pemasukan dari obligasi rekapitalisasi Rp 532,13 miliar hingga Rp 1,71 triliun atau 23,76%- 76,34% dari pendapatan non-bunga non bunga. Setahun kemudian hasil kupon obligasi rekapitalisasi BNI Rp 843,49 miliar hingga Rp 1,79 triliun atau 31,59% hingga 67,04% total dari pendapatan non bunga.

Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menerima kupon Rp 805,65 miliar pada kuartal III-2011. Angka ini mencapai 21,2% dari pendapatan non bunga. Setahun kemudian, kontribusinya tinggal Rp 345,26 miliar atau 6,51% dari pendapatan non bunga.

Kontribusi obligasi rekapitalisasi terhadap laba bank cukup signifikan. Bank tidak mengeluarkan biaya untuk surat utang ini dan menerima bersih. Beda halnya dengan pendapatan kredit. Selain menerima pemasukan bunga, bank mengeluarkan dana untuk membayar nasabah atau cost of fund.

Penurunan pendapatan ini mendorong Mandiri mengurangi porsi obligasi rekapitalisasi. Bank memilih menukar obligasi dengan likuiditas. Dananya mengalir kredit.

Semester I 2012, Mandiri telah melepas obligasi rekapitalisasi senilai Rp 1,8 triliun ke Standard Chartered Bank Singapura. Mekanismenya debt swap berupa pinjaman valas senilai US$ 250 juta dengan tenor tiga tahun.

Akhir tahun Mandiri menerbitkan Kontrak Investasi Kolektif  Efek Beragunan Aset (KIK-EBA)." Mungkin kami akan mensekuritisasi kredit perumahan rakyat KPR dan surat berharga di mana salah satu sumber cash flow surat berharga berasal dari obligasi rekap," ujar Direktur Keuangan Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury, Rabu (7/11).

Direktur Utama BNI Gatot Suwondo, menjelaskan pihaknya tetap mempertahankan obligasi rekapitalisasi. Maklum sebagian besar obligasi milik BNI berjenis bunga tetap. "Bunganya masih menguntungkan, jadi tidak perlu dilepas ke pasar," ujarnya.

Direktur Keuangan BTN, Saut Pardede, mengatakan obligasi rekapitalisasi tidak berpengaruh pada pendapatan, karena digadaikan ke pihak lain. Dana hasil gadai ini mengalir ke kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.