Bunga obligasi Waskita Karya kurang harum



JAKARTA. Akhir tahun ini, pasokan obligasi korporasi baru masih mengalir. Yang terbaru, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) bakal menerbitkan obligasi senilai Rp 500 miliar dengan kupon 10,4%. Analis menilai, kupon yang ditawarkan kurang kompetitif tapi tetap menarik. WSKT menerbitkan surat utang dengan skema obligasi penawaran umum berkelanjutan (PUB) dengan total emisi Rp 2 triliun.

Untuk tahap pertama, WSKT menerbitkan obligasi senilai Rp 500 miliar. Obligasi Berkelanjutan I Waskita Karya Tahap I Tahun 2014 ini memiliki tenor 3 tahun. Masa penawaran akan berlangsung 24 Oktober hingga 3 November 2014. Pencatatan di Bursa Efek Indonesia direncanakan pada 19 November 2014. Surat utang ini telah memperoleh peringkat idA (single A) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia.

Direktur Keuangan WSKT, Tunggul Rajagukguk mengatakan obligasi ini akan digunakan sebagai modal kerja. “Untuk modal konstruksi. Seperti pembelian bahan, sub kontraktor dan upah,” ujar Tunggul. Sebagai salah satu penjamin pelaksana emisi obligasi ini, Director of Investment Banking PT Bahana Securities, Novita Lubis menilai kupon yang diberikan telah mempertimbangkan potensi kenaikan harga BBM bersubsidi bulan depan.


“Pencabutan subsidi BBM cenderung menaikkan permintaan tingkat suku bunga oleh investor,” ujarnya pada Senin (27/10). Kendati begitu, Director Investment Banking PT Danareksa Sekuritas, Boumedieni Sihombing menilai, kupon 10,4% masih tergolong wajar dan menguntungkan bagi WSKT maupun investor. Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas juga menjadi penjamin pelaksana emisi obligasi ini.

Kurang kompetitif

Sebaliknya Fixed Income Analyst BNI Securities, I Made Adi Saputra berpendapat kupon obligasi WSKT masih kurang kompetitif. Ia membandingkan dengan obligasi milik Astra Sedaya Finance pada November mendatang. "Kupon obligasi Astra Sedaya Finance 10,5% dengan tenor 3 tahun,” ujar Made.

Sekadar catatan, mengutip Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), rentang yield antara obligasi korporasi berperingkat single A dengan obligasi pemerintah tenor 3 tahun sebesar 294 basis poin. Sedangkan per 24 Oktober 2014, yield obligasi pemerintah tenor 3 tahun senilai 7,72%. Artinya, obligasi korporasi berperingkat single A harusnya paling tidak menawarkan kupon sebesar 10,66% (fair price).

Menurut penilaian Made, obligasi ini masih mudah diserap oleh investor. Alasan pertama, penerbit obligasi merupakan perusahan pelat merah dari sektor konstruksi. Obligasi sektor ini masih minim. Kedua, nilai emisi yang ditargetkan hanya Rp 500 miliar sehingga mudah tercapai di tengah minimnya pasokan obligasi baru.

Global Markets-Financial Analyst Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar, juga menilai bahwa kupon obligasi ini di bawah fair price, tapi masih mudah diserap pasar karena WSKT merupakan BUMN. Baru-baru ini, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) juga menerbitkan surat utang jangka menengah alias medium term notes (MTN) senilai Rp 725 miliar. MTN bertenor tiga tahun ini memberi kupon hingga 11,75%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie