Bunga Pembiayaan Multifinance Bakal Ikut Terkerek Jika Suku Bunga Acuan Naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga global nampaknya bakal berpengaruh pada bunga pembiayaan perusahaan multifinance. Kendati demikian, perusahaan pembiayaan nampaknya masih belum terburu-buru menaikkan suku bunga seiring dengan Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk tetap menahan suku bunga acuan di level 3,5%.

Sebagai gambaran, di bulan Juni 2022 pendanaan dari bank dalam negeri maupun luar negeri untuk multifinance memang masih mendominasi dengan nilai sekitar Rp 198,04 triliun. Angka tersebut terlihat meningkat walaupun masih kecil di angka 0,1% yoy.

Pendanaan dari obligasi multifinance juga tercatat alami kenaikan 16,9% yoy atau senilai Rp 52,86 triliun. Memang, pendanaan dari obligasi bisa menjadi diversifikasi di tengah tren suku bunga yang naik.


Salah satu perusahaan pembiayaan, Mandiri Utama Finance menilai bahwa tren kenaikan suku bunga, pasti akan berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan. Walaupun kata Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja signifikansinya kemungkinan tidak terlalu besar, apalagi jika besaran kenaikannya masih wajar. 

Baca Juga: Astra Financial Targetkan Transaksi Rp 2 Triliun pada Gelaran GIIAS 2022

Menurut Stanley, jika suku bunga acuan naik dan mendorong kenaikan CoF dari perbankan, pihaknya tetap akan melihat seluruh komponen pembentuk suku bunga pinjaman ke nasabah, tidak hanya CoF semata, untuk mendapatkan suku bunga pinjaman yang optimal.

"Proyeksi kami kira-kira potensi kenaikan bunga pinjaman adalah kisaran 0,5% hingga 1,5%," kata Stanley kepada kontan.co.id, Senin (8/8).

Adapun, saat ini bunga pinjaman yang ditawarkan oleh MUF untuk mobil baru antara 13%-16% eff pa, sementara untuk motor baru antara 30%-33% eff pa. Sementara hingga Juli 2022, realisasi pembiayaan MUF mencapai sebesar Rp 9,2 triliun, dan diproyeksikan akan ditutup lebih dari Rp 17 triliun pada akhir tahun ini.

Sementara itu, Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim mengakui bahwa ada kemungkinan bunga yang dimiliki naik. Kendati demikian, menurut Roni kalau kenaikan suku bunga tidak besar, tidak akan berpengaruh terlalu besar terhadap penjualan kendaraan bermotor di BCA Finance.

"Saya anggap tidak terlalu besar kalau naik 0,5% flat atau 1% efektif, dan kami baru akan menaikkan bunga kalau bunga dari perbankan kepada kami dinaikkan," kata Roni.

Saat ini, BCA Finance banyak mendapatkan pendanaan dari induk usahanya, BCA sebanyak 90% dan sisanya dari bank lain. “Bunga sekarang 2,77% flat atau sekitar 5,5% efektif,” ujar Roni.

Hingga Juli 2022, pembiayaan baru yang diberikan BCA Finance telah mencapai sebesar Rp 17,4 triliun. Angka tersebut naik  27,9% dibanding periode sama pada tahun 2021. "Kami menargetkan new booking tahun ini capai Rp 28 triliun," ungkapnya.

Baca Juga: Kemampuan Bayar Nasabah Multifinance Masih Terkontrol

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) FIFGROUP, Margono Tanuwijaya mengatakan, dengan melihat adanya inflasi kemungkinan di tahun depan bisa lakukan kenaikan bunga pembiayaan. Kendati demikian, ia mengaku kalau dampak suku bunga di kredit pembiayaan perusahaan tidak terlalu besar.

"BI belum menaikkan suku bunga kalaupun jadinya menaikkan suku bunga dampak kepada finance company tidak langsung jadi, mungkin setelah 3-6 bulan baru naik bunga nya," terang Margono.

Kendati demikian, menurutnya, kenaikannya pun tidak terlalu signifikan kalau dari sisi kredit sepeda motor. karena angsuran di bagi selama 36 bulan jadi kenaikannya kecil.

Di sisi lain, Direktur Mandiri Tunas Finance (MTF) William Francis mengungkapkan bahwa pihaknya masih mempertahankan suku bunga pinjaman. Alasannya pun sama karena BI juga tak meningkatkan suku bunga acuan. Saat ini, bunga pinjaman yang ditawarkan oleh MTF mulai dari 2,25% per tahun. Dengan bunga tersebut, William menilai daya beli masyarakat masih tinggi dengan pertumbuhan permintaan mobil baru sampai kuartal II-2022 masih tumbuh.

Sebagai informasi, MTF mencatat pertumbuhan permintaan kredit masih tumbuh sekitar 40% yoy dengan nilai sekitar Rp 12,8 triliun per Juni 2022. Sekitar 80% dari total penyaluran kredit tersebut merupakan pembiayaan mobil baru.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno bilang jika multifinance menaikkan suku bunganya tak akan berpengaruh signifikan di saat penyaluran kredit sedang dalam tren naik.

“Kalau suku bunga naik misal 1%, itu kan pengaruhnya ke angsuran paling cuma Rp 10.000 dan suku bunga yang kita tawarkan juga sifatnya tetap,” ujar Suwandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi