JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) rate tampaknya manjur menurunkan bunga pinjaman rata-rata di Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Kemarin (8/1), bunga PUAB langsung turun, menyesuaikan posisi BI rate yang baru di level 8,75%. Berdasarkan data Bloomberg, bunga PUAB rata-rata pada transaksi Kamis kemarin berada di posisi 8,87%. Kalau melihat transaksi sehari sebelumnya (7/1), bunga PUAB rata-rata masih ada di posisi 9,33%. Memang, sejak transaksi hari pertama tahun ini, bunga PUAB masih ada di atas level 9%. Direktur Danareksa Reasearch Institute (DRI) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, bunga yang ditawarkan oleh perbankan di PUAB masih akan tinggi. "Masih ada ketidakpercayaan dari perbankan untuk meminjamkan kepada perbankan lain, terutama kepada bank asing dan bank yang dimiliki asing," tuturnya kemarin (8/1). Sepanjang masih ada ketidakpastian di pasar global, maka perbankan akan berhati-hati dalam meminjamkan dananya ke pihak lain. Oleh karena itu, penurunan BI rate tidak akan banyak memberikan pengaruh kepada segmentasi di PUAB. Tapi Purbaya mengatakan, jika nanti pemerintah menggelontorkan dananya ke rekening BI, maka likuiditas bakal lebih longgar. Akibatnya perbankan akan menikmati kelebihan likuiditas. Ditambah dengan penurunan BI rate, bank yang lebih likuiditas akan lebih leluasa untuk meminjamkan kepada bank lain. Baru setelah itu, segmentasi di PUAB bisa lebih cair. Direktur Tresuri PT Bank Tabungan Negara (BTN) Saut Pardede mengakui, segmentasi antar perbankan masih belum terobati. Kendati lebih likuid, pinjam-meminjam antar bank ini masih terjadi di dalam segmen masing-masing. Segmentasi ini bukan hanya terjadi antara bank lokal dan bank asing, tapi juga di antara bank lokal. Di sisi lain, bank juga masih menilai kondisi likuiditas belum aman. Soalnya, bank masih menahan bunga deposito tinggi untuk mempertahankan nasabah kelas kakap, dengan nilai simpanan di atas Rp 2 miliar. Ini menyebabkan biaya dana bank masih membengkak. "Jadi, pergerakan bunga overnight belum bisa menunjukkan cost of fund masing-masing bank," kata Saut. Senada dengan Purbaya, Saut optimis situasi ini akan segera mencair setelah pemerintah mencairkan anggaran belanjanya pada perbankan. Soalnya, dengan kondisi likuiditas lebih longgar, bank baru berani menurunkan bunga depositonya. "Kalau belanja pemerintah dan stimulus fiskal itu sudah mulai masuk, bank akan punya bargaining power lebih besar untuk menurunkan bunga," kata Saut. Saut berasumsi, dana pemerintah ini mulai masuk pada Maret mendatang. Dengan masuknya dana dari pemerintah plus tren BI rate yang terus turun, Saut yakin bank mulai melonggarkan bunganya, termasuk bunga kredit yang sudah dinanti-nantikan untuk turun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bunga Pinjaman di PUAB Turun Mengikuti BI Rate
JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) rate tampaknya manjur menurunkan bunga pinjaman rata-rata di Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Kemarin (8/1), bunga PUAB langsung turun, menyesuaikan posisi BI rate yang baru di level 8,75%. Berdasarkan data Bloomberg, bunga PUAB rata-rata pada transaksi Kamis kemarin berada di posisi 8,87%. Kalau melihat transaksi sehari sebelumnya (7/1), bunga PUAB rata-rata masih ada di posisi 9,33%. Memang, sejak transaksi hari pertama tahun ini, bunga PUAB masih ada di atas level 9%. Direktur Danareksa Reasearch Institute (DRI) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, bunga yang ditawarkan oleh perbankan di PUAB masih akan tinggi. "Masih ada ketidakpercayaan dari perbankan untuk meminjamkan kepada perbankan lain, terutama kepada bank asing dan bank yang dimiliki asing," tuturnya kemarin (8/1). Sepanjang masih ada ketidakpastian di pasar global, maka perbankan akan berhati-hati dalam meminjamkan dananya ke pihak lain. Oleh karena itu, penurunan BI rate tidak akan banyak memberikan pengaruh kepada segmentasi di PUAB. Tapi Purbaya mengatakan, jika nanti pemerintah menggelontorkan dananya ke rekening BI, maka likuiditas bakal lebih longgar. Akibatnya perbankan akan menikmati kelebihan likuiditas. Ditambah dengan penurunan BI rate, bank yang lebih likuiditas akan lebih leluasa untuk meminjamkan kepada bank lain. Baru setelah itu, segmentasi di PUAB bisa lebih cair. Direktur Tresuri PT Bank Tabungan Negara (BTN) Saut Pardede mengakui, segmentasi antar perbankan masih belum terobati. Kendati lebih likuid, pinjam-meminjam antar bank ini masih terjadi di dalam segmen masing-masing. Segmentasi ini bukan hanya terjadi antara bank lokal dan bank asing, tapi juga di antara bank lokal. Di sisi lain, bank juga masih menilai kondisi likuiditas belum aman. Soalnya, bank masih menahan bunga deposito tinggi untuk mempertahankan nasabah kelas kakap, dengan nilai simpanan di atas Rp 2 miliar. Ini menyebabkan biaya dana bank masih membengkak. "Jadi, pergerakan bunga overnight belum bisa menunjukkan cost of fund masing-masing bank," kata Saut. Senada dengan Purbaya, Saut optimis situasi ini akan segera mencair setelah pemerintah mencairkan anggaran belanjanya pada perbankan. Soalnya, dengan kondisi likuiditas lebih longgar, bank baru berani menurunkan bunga depositonya. "Kalau belanja pemerintah dan stimulus fiskal itu sudah mulai masuk, bank akan punya bargaining power lebih besar untuk menurunkan bunga," kata Saut. Saut berasumsi, dana pemerintah ini mulai masuk pada Maret mendatang. Dengan masuknya dana dari pemerintah plus tren BI rate yang terus turun, Saut yakin bank mulai melonggarkan bunganya, termasuk bunga kredit yang sudah dinanti-nantikan untuk turun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News