Bunga rendah, NIM perbankan perlahan turun



JAKARTA. Boleh jadi margin bunga bersih atawa net interest margin (NIM) perbankan berangsur turun. Hal ini terjadi karena perbankan perlahan juga sudah mulai memangkas suku bunga kredit.

Lihat saja kinerja Bank Negara Indonesia (BNI) di kuartal I 2016 yang membukukan penurunan NIM menjadi 6,1% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 6,5%. "Sampai akhir tahun kami prediksi NIM akan berada di bawah 6%," tutur Achmad Baiquni, Direktur Utama Bank Negara Indonesia, Selasa, (12/4).

Penurunan NIM pada kuartal I 2016, salah satunya disebabkan karena langkah BNI yang telah menurunkan suku bunga kredit sektor ritel. Untuk segmen kredit sektor ini, Baiquni mengatakan, BNI sudah menurunkan suku bunga kredit menjadi single digit alias di bawah 10%.


Menurut Baiquni, untuk menurunkan suku bunga kredit lagi, BNI akan melakukan efisiensi dengan memangkas biaya operasional alias overhead cost. Salah satu caranya dengan melakukan pembelian kantor cabang yang sebelumnya sewa.

Sebagai gambaran, suku bunga dasar kredit (SBDK) BNI hingga Maret 2016 untuk beberapa sektor kredit bervariasi antara 9,95% sampai 12,5%. Suku bunga terendah masih ditempati oleh sektor kredit ritel yaitu sebesar 9,95%. Sementara, SDBK kredit korporasi berada di level 10,25%.

Kendati margin menipis, BNI masih membukukan pertumbuhan laba di kuartal I 2016. Tercatat laba bersih BNI pada kuartal 1 2016 naik 5,5% dari setahun lalu menjadi Rp 2,97 triliun. Namun laba ini melambat karena di periode sama tahun lalu, laba BNI tumbuh 17,7%.

Kenaikan laba bersih ini ditopang dari pendapatan bunga bersih pada kuartal 1 2016 yang tumbuh 13,3% menjadi Rp 6,91 triliun. Selain itu laba juga ditopang oleh pendapatan non bunga yang naik 16,4% menjadi Rp 2,22 triliun.

Butuh waktu

Agar NIM bisa ditekan, perbankan Indonesia membutuhkan waktu untuk menawarkan bunga kredit satu digit. Kepala Divisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto bilang, biaya dana alias cost of fund turun secara bertahap karena jangka waktu deposito yang berbeda-beda sehingga butuh waktu menurunkan bunga.

LPS mencatat, biaya dana sudah turun 40 basis poin selama sejak Januari 2016 hingga Maret 2016. Bank kelompok BUKU IV dan BUKU III tercatat menggunting biaya dana paling besar. Sebab kelompok bank tersebut terimbas kebijakan pemangkasan batas atas (capping) bunga deposito.

Menurut Doddy, tahap awal, bunga single digit akan berlaku untuk bunga kredit korporasi karena rata-rata tingkat suku bunga dasar kredit (SBDK) korporasi sudah rendah. Diikuti bunga kredit untuk konsumer dan terakhir pemangkasan bunga kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

“Bunga UMKM sulit turun karena risiko kredit yang tinggi,” kata Doddy kepada KONTAN. Sementara itu, Bank Tabungan Negara (BTN) memprediksi NIM masih terjaga di kisaran 4,87% di 2016.

Direktur BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, dengan penurunan suku bunga deposito dan suku bunga kredit, pihaknya masih bisa menjaga NIM sesuai target. “Jadi, NIM tidak terlalu jauh dari target. Artinya naik turunnya tidak signifikan,” imbuh Iman, Selasa (12/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie