JAKARTA. Kondisi likuiditas ketat terus menghantui perbankan Tanah Air. Maklum, bagi perbankan, likuiditas ibarat jantung yang menjadi mesin penggerak kehidupan manusia. Tak pelak, era perang bunga deposito menjadi strategi perbankan lepas dari likuiditas ketat. Perbankan kecil bahkan tak ragu untuk mematok bunga deposito jauh lebih tinggi dari bunga yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) atau LPS rate yang saat ini sebesar 7,5% (Harian KONTAN, 8 Februari 2014). Dus, bunga tinggi memaksa perbankan rela menanggung kenaikan biaya dana (cost of fund). Misalnya, Bank Ina Perdana. Bank kecil ini menawarkan bunga deposito hingga 10%. Beban Bank Ina Perdana semakin berat lantaran porsi deposito sangat tinggi.
Bunga tinggi, biaya dana bank mendaki
JAKARTA. Kondisi likuiditas ketat terus menghantui perbankan Tanah Air. Maklum, bagi perbankan, likuiditas ibarat jantung yang menjadi mesin penggerak kehidupan manusia. Tak pelak, era perang bunga deposito menjadi strategi perbankan lepas dari likuiditas ketat. Perbankan kecil bahkan tak ragu untuk mematok bunga deposito jauh lebih tinggi dari bunga yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) atau LPS rate yang saat ini sebesar 7,5% (Harian KONTAN, 8 Februari 2014). Dus, bunga tinggi memaksa perbankan rela menanggung kenaikan biaya dana (cost of fund). Misalnya, Bank Ina Perdana. Bank kecil ini menawarkan bunga deposito hingga 10%. Beban Bank Ina Perdana semakin berat lantaran porsi deposito sangat tinggi.