Bunga Tinggi dan Kredit Macet Meningkat, Bank di Hong Kong Obral Rumah Sitaan



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Suku bunga yang tinggi telah menyebabkan para debitur tidak mampu membayar cicilan pinjaman KPR kepada bank. Hal ini kemudian membuat kredit bermasalah di bank meningkat tajam, dan memaksa bank-bank di Hong Kong menjual rumah sitaan karena jatuh tempo kredit telah lewat.

Dikutip dari Bloomberg, dalam sekejap perusahaan-perusahaan properti di Hong Kong mengalami peningkatan signifikan dalam penyitaan rumah akibat suku bunga yang lebih tinggi dan ekonomi yang lemah.

Lonjakan yang tajam ini juga membuat para bank kesusahan untuk menjualnya. Bahkan meski harus memberikan diskon harga jual hingga 20%.


Berkat diskon tersebut, animo masyarakat untuk mengikuti lelang cukup baik. Setidaknya dalam satu kantor kecil di distrik Hong Kong, sekitar 20 orang menunggu lelang properti dimulai.

Dari 24 properti yang dijual, sebagian besar adalah rumah yang disita. Namun hanya satu properti yang laku terjual, sementara sisanya dilelang setelah gagal memenuhi harga minimum atau tidak ada penawaran yang masuk.

Baca Juga: Penjualan Saham China oleh Investor Asing Mencapai Level Tertinggi dalam 9 Tahun

Lelang dari rumah-rumah yang disita telah menjadi hal umum di Hong Kong seiring dengan meningkatnya jumlah properti yang diambil alih oleh kreditur bank. Rumah-rumah sitaan yang dijual pada bulan September bahkan meningkat 36% yoy menjadi 271 rumah, dan sekaligus merupakan jumlah terbanyak sejak 2009.

General manager departemen lelang C S Auctioneers Ltd, Alger Cheng mengatakan perusahaan-perusahaan lain juga mengalami lonjakan penjualan aset properti bermasalah. Jumlah properti sitaan yang mereka tangani telah meningkat menjadi hampir 300 unit properti di bulan September dari sekitar 100 unit di awal tahun.

Di sisi lain, untuk mempercepat penjualan, para bank memotong harga jual properti sitaan tersebut. Cheng menilai upaya bank ini akan membuat stok rumah sitaan meningkat karena adanya penurunan harga, mengingat harga properti tersebut bisa 20% lebih rendah dari harga pasar.

Terpikat untuk membeli

Selama ini, pasar properti Hong Kong telah menikmati kenaikan harga selama dua dekade yang menciptakan kesenjangan kekayaan dan menyebabkan kota ini mendapat peringkat sebagai perumahan paling mahal di dunia.

Namun sejak 2021, sejumlah harga properti telah menurun menyusul eksodus penduduk, pembatasan Covid-19 yang parah, ekonomi yang melemah, dan suku bunga yang meningkat lebih dari dua kali lipat. Bahkan harga properti di wilayan ini sekarang telah turun 17% dari puncaknya pada 2021.

Pada tahun-tahun booming ketika harga naik lebih dari 10% per tahun, banyak pembeli yang tertarik untuk memasuki pasar. Mereka mengajukan banyak pinjaman dari bank untuk memiliki properti tersebut.

Pengajuan hipotek baru dengan rasio pinjaman terhadap nilai lebih dari 80% telah mencapai 36% dari total pada tahun 2022, naik dari 14% dari tahun 2019 ketika Hong Kong melonggarkan peraturan hipotek untuk pembeli rumah pertama.

Para peminjam tersebut menjadi kelompok yang paling rentan saat suku bunga tinggi seperti saat ini, yang menyebabkan pembayaran hipotek bulanan mereka meningkat 30% dari Maret 2022 dengan tenor pinjaman 30 tahun dengan nilai pinjaman properti HK$ 5 juta (US$ 638.000).

Asisten Wakil Presiden Pan Asian Mortgage Advisory Co. Dick Ip, mengatakan siklus penurunan harga pasar real estate juga berkontribusi menambah tekanan pada pemilik rumah yang kesulitan membayar cicilan. Ini semakin mempersulit mereka untuk segera menjual asetnya dengan harga yang dapat menutupi pinjaman mereka.

Tercatat sebanyak 95 rumah bekas yang dijual telah merugi, menurut perhitungan Hong Kong Economic Times.

Penurunan harga properti tersebut tidak berdampak signifikan kepada sektor perbankan. Otoritas Moneter Hong Kong mencatat jumlah pinjaman hipotek perumahan yang diberikan bank dan terkena penyitaan, kurator, atau tindakan hukum serupa telah mencapai 282 kasus pada akhir Juni lalu dibandingkan 24 kasus dibandingkan dengan akhir tahun lalu.

Namun, Louis Chan, Kepala Divisi Perumahan Centaline memperkirakan harga rumah akan turun lagi sebesar 5% pada paruh kedua tahun ini. Ini akan menciptakan lingkaran setan karena peminjam tidak mau membayar pinjaman ketika utang mereka melebihi nilai properti.

"Jumlah total properti yang disita dapat meningkat menjadi lebih dari 1.000 unit," kata Chan.

Baca Juga: Tiongkok Melarang Bankir Investasi Senior Nomura Tinggalkan China Daratan

Editor: Khomarul Hidayat