KONTAN.CO.ID – JAKARTA.
Bunga tinggi deposito masih menjadi jurus jitu bank digital dalam menghimpun dana kelolaan. Ini ditempuh seiring ketatnya persaingan industri, tak hanya dengan sesama bank digital, tetapi juga dengan bank konvensional. Menurut pantauan Kontan, bunga deposito tertinggi bank digital masih dipegang oleh Amar Bank, dengan tawaran bunga 5,75% – 9% untuk periode 1–36 bulan bagi simpanan kurang dari atau sama dengan Rp 2 miliar. Melihat kinerja keuangannya, dana pihak ketiga (DPK) Amar Bank, khususnya deposito, memang berhasil tumbuh masif. Per November, jumlah deposito bank tercatat sebanyak Rp 2,25 triliun, melonjak hingga 190,09% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Secara komposisi, deposito masih mendominasi, yakni setara 86,79% total DPK. Sebagai perbandingan, dana murah (current account saving account/CASA) bank tercatat sebesar Rp 343,96 miliar, tumbuh 30,42% YoY.
Baca Juga: Tren NPF Multifinance Berpotensi Naik pada Akhir Tahun, Dipicu Hal Ini! Meski begitu, dari segi profitabilitas, Amar Bank masih berhasil menumbuhkan laba sebesar 12,06% YoY menjadi Rp 216,75 miliar dalam periode ini. Menyusul bank digital dengan bunga deposito tinggi selanjutnya adalah Krom Bank, dengan tawaran bunga 7% – 9% untuk periode 14 hari hingga 12 bulan. Dalam memberikan penawaran bunga yang sedemikian tinggi, Presiden Direktur Krom Bank Anton Hermawan bilang pihaknya senantiasa melakukan penyeimbangan dengan menjaga profitabilitas dan stabilitas yang sehat. “Kami melakukannya melalui strategi penyaluran dana yang tepat dan menerapkan prinsip kehati-hatian,” ungkap Anton kepada Kontan, Selasa (23/12/2025). Pasalnya, pemberian imbal hasil yang menarik masih menjadi strategi bank untuk menarik nasabah. Anton mengaku hal itu ditempuh demi menempatkan Krom Bank sebagai bank digital pilihan utama masyarakat. Dampaknya terlihat pada lonjakan deposito kelolaan bank. Per November 2025, jumlah deposito Krom Bank tercatat sebanyak Rp 6,24 triliun, tumbuh pesat 157,61% YoY. Namun agak berbeda dengan Amar Bank, pertumbuhan CASA Krom Bank malah lebih pesat, yakni hingga 279,58% menjadi Rp 1,6 triliun. Meski begitu, secara profitabilitas Amar Bank mencatatkan pertumbuhan yang lebih moderat, yakni sebesar 7,77% YoY menjadi Rp 139,79 miiliar.
Baca Juga: AFPI: Skema Pembayaran Tadpole di Fintech Lending Banyak Diminati Masyarakat Direktur Utama Bank Neo Commerce Eri Budiono menyebut, pada dasarnya penawaran bunga tinggi memang menjadi strategi bank digital untuk memperluas penetrasi, apalagi jika dibandingkan dengan bank konvensional yang sudah lebih dikenal luas masyarakat. Namun begitu, menurutnya beban bunga yang tinggi di bank digital dapat diimbangi dengan rendahnya beban operasional. “Bank digital semuanya diproses secara digital, tentu struktur biayanya lebih rendah daripada bank konvensional yang masih mengandalkan kantor cabang,” kata Eri. Bank Neo Commerce sendiri menawarkan bunga deposito 5% – 7,5% untuk periode 7 hari hingga 12 bulan. Secara kinerja, Eri mengaku DPK bank mengalami penurunan tipis dari Rp 13,64 triliun pada Oktober 2024 menjadi Rp 13,60 triliun pada Oktober 2025. Namun begitu, dalam periode tersebut bank berhasil mengantongi laba sebesar Rp 517 miliar, terbang dari posisi Rp 7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Menurutnya, capaian ini salah satunya didorong oleh penurunan beban operasional. Yang mana, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) bank turun menjadi 82,83% dari posisi 99,75% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, dana kelolaan deposito Seabank Indonesia juga terpantau moderat. Per Oktober 2025, jumlah deposito Seabank Indonesia mencapai Rp 9,92 triliun, hanya tumbuh 9,86% YoY. Wakil Direktur Utama Seabank Indonesia Junedy Liu menyebut, ini terjadi seiring penyesuaian bunga yang dilakukan bank.
Baca Juga: CNAF Pacu Penyaluran Kredit di Bulan Terakhir Tahun 2025 Seabank Indonesia memang belum lama ini menurunkan penawaran bunga DPK. Yang mana, bunga deposito perorangan digital yang tadinya ada di rentang 4% – 6,5% turun jadi 3,75% – 6%. Meski begitu, Junedy bilang posisi DPK bank saat ini masih tergolong terjaga. “Terutama dari sisi akuisisi. Jadi kami tetap menjalankan fungsi-fungsi kami sebagai bank,” sebutnya. Junedy menegaskan bahwa pihaknya mempertahankan prinsip keadilan suku bunga dengan menghindari suku bunga khusus (special rate). Pun, ia bilang pihaknya juga mengedepankan keterbukaan soal tingkat suku bunga.
“Kalau kami bilang kami kasih bunga 3%, ya semuanya 3%, tidak ada yang spesial. Bukan karena ada yang setor uang besar, kemudian kami kasih bunga yang spesial, itu tidak. Kami berusaha dengan transparansi ini, kita bisa terus meningkatkan nasabah. Karena yang terutama bukan hanya bunga saja, tapi kami juga memberikan transparansi dalam hal biaya,” jelas Junedy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News