Bungasari rampungkan pembangunan satu lini produksi di tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tepung terigu, PT Bungasari Flour Mills Indonesia semakin percaya diri menancapkan brandnya di pasar Indonesia. Untuk memperlebar porsinya di pasar, perusahaan bakal menambah kapasitas produksinya.

Beruntung, market Indonesia dinilai terus bertumbuh sehingga perusahaan hasil sinergi FKS Group (Indonesia), Toyota Tsusho Corp (Jepang), dan Malayan Flour Mills Berhad (Malaysia) ini tak ragu melakukan ekspansi. Apalagi kata Budianto Wijaya, Sales & Marketing Director PT Bungasari Flour Miils Indonesia proyeksi perseroan cukup positif di tahun ini.

"Industri terigu tetap tumbuh di tahun 2019 sesuai pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk, diperkirakan (tumbuh) 5%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (5/2). Adapun untuk market share, Budianto mengaku masih dikisaran 5% dikarenakan keterbatasan kapasitas pabrikan.


Nah, hal ini menjadikan ekspansi perluasan pabrik Bungasari bagian dari keinginan perusahaan memperlebar market sharenya. Perjusahaan akan membangun fasilitas produksi dan silo (penyimpanan) fase kedua di lahan pabrik Cilegon.

Budianto menerangkan pembanguna tengah berjalan dan kapasitas akan dinaikkan secara bertahap. "Semester dua (2019) ini akan selesai 1 line dari rencana 3 line," sebutnya.

Sekadar informasi, perusahaan diketahui menganggarkan dana sekitar US$ 50 juta untuk ekspansi pengembangan pabrik baru tersebut guna meningkatkan kapasitas produksi menjadi 3.000 ton per hari di 2021 nanti. Dimana saat ini kapasitas produksi masih dikisaran 1.500 ton per hari dengan utilitas full capacity 100%.

Bungasari juga telah mengembangkan sebanyak 135 varian produk dan 50 varian produk khusus lokal. Saat ini, segmen pasar terbesar perseroan berasal dari dalam negeri baik dari ritel maupun berbagai perusahaan roti dan kafe.

Ditengah fluktuasi kurs Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akhir-akhir ini mau tak mau berimbas pada harga bahan baku tepung terigu. Soalnya kebutuhan gandum masih bergantung pada impor.

Maka tak heran, Bungasari melakukan penyesuaian harga dan terus melakukan efisiensi agar tetap menuai untung. "Kira-kira harga terigu sudah naik sekitar 30% (dibandingkan tahun lalu) karena kurs dan bahan baku," kata Budianto.

Sebagai gambaran, di kuartal tiga tahun 2018 kemarin saja perseroan telah menaikkan harga produknya dikisaran 15%, dimana harga gandum kala itu juga naik tinggi hampir 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski harga terigu naik, menurut Budianto, konsumsi terigu tidak berkurang. "Tidak terlalu karena terigu boleh dibilang sudah jadi bahan pokok," sebutnya.

Jelang bulan puasa dan lebaran, menurut Budianto menjadi momen yang baik bagi bisnis terigu. Setidaknya penjualan pada periode tersebut dapat naik hingga 25% dibandingkan bulan biasa lainnya.

Demi memaksimalkan produknya dipasar, produsen yang dikenal dengan brand seperti Golden Crown, Golden Eagle, Hikari Biru dan Bola Salju ini harus pandai-pandai menyiasati strategi marketing. Manajemen menerapkan sistem push, dimana perseroan meningkatkan jangkauan dan kedalaman distribusi, serta metode pull dengan promosi baik melalui iklan maupun kegiatan aktivasi brand lewat demo, pameran dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini