Buntut Ketegangan Iran-Israel, Biaya Angkutan Laut Berpotensi Naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal balistik ke Israel pada Sabtu (13/4) malam sebagai misi balasan atas serangan udara pada 1 April lalu. Serangan tersebut dinilai bakal menimbulkan dampak perekonomian global, termasuk Indonesia, terutama untuk sektor pelayaran terkait biaya angkutan laut.

Direktur Utama Samudera Indonesia (SMDR) Bani Maulana Mulia mengatakan ketegangan Iran-Israel berpotensi berdampak pada kenaikan biaya atau tarif angkutan laut. Pasalnya, perusahaan harus menutupi dan mengantisipasi risiko-risiko akibat eskalasi perang Israel-Iran.

Antisipasi risiko tersebut di antaranya mitigasi rute yang akan ikut berdampak pada biaya dan kondisi permintaan dan kesediaan kapal di dunia. 


Baca Juga: Tahun Ini, Trans Power Marine (TPMA) Incar Peningkatan Pendapatan 20%

"Kemungkinan besar, efek gangguan kelancaran transportasi tentu akan berdampak kepada kenaikan biaya dan  juga kenaikan tarif angkutan karena harus mengcover risiko yang timbul akibat adanya kondisi tidak aman seperti perang tersebut," kata Bani saat dikonfirmasi KONTAN, Senin (15/4).

Kendati demikian, Bani masih belum dapat memprediksi seberapa besar biaya logistik itu akan naik. Baginya, masih terlalu dini untuk menyimpulkan seberapa besar efek dari perang kedua negara itu. 

"sampai saat ini masih terlalu cepat untuk disimpulkan seberapa besar efek / dampak eskalasi perang Israel - Iran namun tentu saja sedikit banyak pasti akan berdampak," sambungnya.

Baca Juga: Trans Power Marine (TPMA) Bidik Peningkatan Pendapatan 20% Tahun Ini

Yang pasti, kata Bani, aktivitas ekspor dan impor yang berasal dari negara-negara terdampak akibat serangan rudal Iran ke Israel akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan biaya.

"Aktivitas ekspor impor yang bersumber atau bertujuan di negara-negara terdampak perang pasti akan terpengaruh juga, namun pada saat ini masih terlalu cepat untuk dapat dilihat seperti apa dampaknya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi