Bursa AS dilanda aksi jual, pasar cemaskan saham teknologi



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pasar saham Amerika Serikat nyemplung ke level terendah dalam lima pekan terakhir pada perdagangan Senin (19/3). Investor tengah khawatir dengan saham sektor teknologi yang kemungkinan dijatuhi regulasi lebih berat. 

Saham Facebook terperosok 6,8% setelah CEO Mark Zuckerberg mendapat pertanyaan dari DPR AS dan Eropa, mengenai cara konsultan yang bekerja sebagai tim sukses kemenangan Donald Trump pada pemilu 2016, bisa mendapatkan akses data 50 juta pengguna medsos pertemanan tersebut. 

Harga Facebook mengalami hari terburuk sejak Maret 2014 kemarin. Sejak rekor 1 Februari, sahamnya sudah kehilangan 10%.


Kekhawatiran pasar akan bertambahnya regulasi sektor teknologi menular ke saham Apple yang jatuh 1,53%,  Alphabet turun 3%,  dan Microsoft tergerus 1,8%.

Penurunan saham tekno menyeret sektor teknologi di Indeks S&P 500 tergerus lebih dari 2%.

Analis menjelaskan, pasar khawatir, pengiklan bakal waswas mendapatkan data dari Facebook. "Bukan hanya khawatir Facebook kehilangan pendapatan iklan, tapi pasar juga khawatir akan ada regulasi lebih ketat di sektor teknologi nantinya," kata Kim Forrest, Senior Portfolio manager, Fort Pitt Capital, Pittsburgh pada Reuters.

The Dow Jones Industrial Average jatuh 335,6 poin atau 1,35% dan ditutup di level 24,610.91. Indeks the S&P 500 kehilangan 39,09 poin atau 1,42% menjadi 2.712,92. Sedangkan Nasdaq Composite dropped 137,74 poin atau 1,84% menjadi 7.344,24.

Aksi jual melanda semua 11 sektor di S&P 500. Sektor industrial juga jatuh 0,82% dilanda kekhawatiran perang dagang global. Isu ini diyakini menjadi pembahasan panas di pertemuan dua hari G20 di Argentina.

Selain itu, investor juga masih menanti rapat bank sentral AS The Federal Reserve yang dimulai Selasa. The Fed diyakini pasar akan menaikkan bunga 25 basis poin pada hari terakhir FOMC, Rabu (21/3). Yang akan diamati pasar adalah sinyal The Fed terkait potensi kenaikan bunga yang lebih cepat ketimbang perkiraan pasar sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia