Bursa Asia Bergerak Beragam, Dipicu Data Tenaga Kerja AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Rabu (31/8) mayoritas ditutup datar (flat) dengan kecenderungan naik. Sejumlah indeks saham seperti Hang Seng dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipus masing-masing 0,03% dan 0,27%. Sementara indeks seperti Shanghai Composite dan Nikkei 225 ditutup melemah.

Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan, data pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) memicu ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut. Ditambah, aktivitas sektor manufaktur China yang melambat selama dua bulan beruntun.

Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) memperlihatkan jumlah lowongan kerja di AS bertambah 199.000 menjadi 11.2 juta di bulan Juli dari 11 juta pada bulan sebelumnya. Ini merupakan sebuah sinyal bahwa pelaku usaha masih sangat memerlukan pekerja di tengah perlambatan ekonomi dan tingkat inflasi yang tinggi.


Data JOLTS ini memberi dukungan pada argumentasi bahwa ekonomi AS dapat menoleransi kenaikan suku bunga acuan lebih lanjut untuk menjinakkan inflasi. Padahal, investor sudah berharap bank sentral AS (Federal Reserve) akan menghentikan kenaikan suku bunga tahun depan akibat adanya indikasi aktivitas ekonomi yang mendingin.

Baca Juga: IHSG Naik 0,27% Hari Ini (31/8), Mengakumulasi Kenaikan 3,27% di Bulan Agustus

Investor berekspektasi Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis points (bps) di bulan September, disusul oleh kenaikan 50 bps di bulan November dan 25 bps di bulan Desember.

Dari Asia, investor mencerna rilis data resmi Manufacturing PMI China yang berada di level 49.4 di bulan Agustus. Ini menandakan kontraksi selama dua bulan beruntun, namun masih lebih baik dari ekspektasi analis yang berada di level 49.2. Pada bulan Juli, data resmi Manufacturing PMI China berada di level 49.

Lebih lanjut, data resmi Non-Manufacturing PMI bulan Agustus China berada di level 52.6, terendah dalam 3 bulan dan memburuk dari pencapaian di bulan Juli yang berada di 53.8. Ini adalah refleksi dari peningkatan jumlah kasus penularan Covid-19 dan kelangkaan listrik akibat musim kering yang ekstrim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi