Bursa Asia berguguran di tengah kenaikan tensi perang AS-China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia kembali turun berjamaah. Selasa (14/5) pukul 8.30 WIB, indeks Nikkei turun 1,38% ke 20.870. Indeks Hang Seng yang kemarin tutup hari ini langsung turun 1,91% ke 28.006.

Taiex turun 0,72% ke 10.481. Kospi turun tipis 0,06% ke 2.077. ASX 200 turun 1,19% ke 6.224.

Straits Times turun 0,93% ke 3.204 dan FTSE Malaysia turun 1,23% ke 1.581. 


Seiring dengan langkah investor berlindung ke aset aman, pasar saham masih tertekan di tengah perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang memanas. Apalagi, Kantor Perwakilan Dagang AS akan menggelar dengan pendapat publik atas rencana penerapan bea masuk hingga 25% pada US$ 300 miliar impor dari China.

Saling serang tarif impor antara AS dan China ini muncul setelah AS menaikkan tarif impor US$ 200 miliar produk dari China pada Jumat lalu. China pun berniat menaikkan tarif impor untuk US$ 60 miliar produk dari AS mulai awal Juni.

Alhasil, langkah ini menyebabkan Wall Street rontok di awal pekan dengan penurunan lebih dari 2%.

US Treasury yang selama ini menjadi salah satu safe haven selain emas, mencatat kenaikan harga. Dengan kenaikan harga tersebut, imbal hasil US treasury bertenor 10 tahun menciut ke 2,3963% yang merupakan level terendah dalam enam pekan terakhir.

Imbal hasil tersebut lebih rendah daripada imbal hasil surat utang AS bertenor tiga bulan Treasury bills. 

Bahkan, ada kekhawatiran bahwa China yang merupakan negara pemegang terbesar surat utang AS akan melepas kepemilikan atas US Treasury untuk melawan AS. Tapi, analis mengelakkan potensi tersebut.

"Jika China mulai menjual, maka dua sisi politik AS akan bersatu melawan China dan The Fed akan masuk pasar untuk membeli obligasi," kata Greg McKenna, strategist MCKenna Macro dalam catatan yang dikutip Reuters.

Hal ini akan memperbesar neraca The Fed, tapi bisa menetralisir upaya China. "Jadi saya ragu China akan menjual US Treasury," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati