Bursa Asia berpotensi sideways, simak sentimennya untuk pagi ini (18/2)



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Bursa saham di Asia diproyeksi bergerak sideways pada pembukaan perdagangan hari ini. Katalis datang karena kekhawatiran pandemi virus corona (Covid-19) yang masih mendorong ekonomi global dan penutupan Wall Street yang cenderung melemah.

Kamis (18/2), indeks ASX 200 Australia turun 0,1% pada awal perdagangan, sementara Nikkei 225 future Jepang naik 0,05%. Di sisi lain. indeks berjangka Hang Seng Hong Kong turun 0,2%.

Indeks saham global MSCI naik 0,04%.


Pada pagi ini, perdagangan di bursa Asia akan mendapat sentimen dari penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang kuat. Ditambah dengan indikasi baru bahwa Federal Reserve akan mempertahankan sikap akomodatifnya dan dorongan berkelanjutan untuk stimulus AS lebih lanjut, membantu mendorong ekspektasi bahwa ekonomi terbesar dunia akan terus membukukan keuntungan dari pandemi.

Namun kekhawatiran akan penyebaran varian baru yang cepat menurunkan antusiasme tersebut.

"Dengan paket stimulus yang lebih besar kemungkinan akan disahkan oleh Kongres sebelum akhir Maret, pemulihan ekonomi AS dapat memperoleh lebih banyak momentum pada 2021," tulis analis mata uang Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong.

"Meskipun perkembangan vaksin positif baru-baru ini, prospek ekonomi global tetap tidak pasti sebagian karena penyebaran varian virus."

Di Wall Street, saham teknologi menghadapi beberapa tekanan karena kekhawatiran inflasi. Ini membuat indeks Nasdaq melemah, sementara perusahaan lain naik karena optimisme ekonomi yang lebih luas.

Dow Jones Industrial Average pun ditutup menguat 0,29%, sedangkan S&P 500 melemah tipis 0,03% dan Nasdaq Composite turun 0,58%.

Baca Juga: Wall Street ditutup bervariasi, S&P 500 dan Nasdaq koreksi terseret saham teknologi

Tetapi investor mengamati inflasi, risalah dari pertemuan The Fed pada bulan Januari lalu menunjukkan, pembuat kebijakan bersedia untuk mendorong akomodasi lebih lanjut untuk meningkatkan ekonomi AS yang dilanda pandemi.

Optimisme yang terus-menerus menyebar ke dolar AS, yang menguat terhadap mata uang lainnya. Indeks dolar, ukuran kekuatan mata uang terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir naik 0,25%. 

Selera risk-on juga terlihat dalam bitcoin, yang terus naik hingga melebihi US$ 52.000 di tengah tanda-tanda yang memungkinkan mata uang kripto tersebut akan diterima pada perdagangan yang lebih umum.

Di sisi lain, pembekuan minyak dan gas yang berlangsung di Texas terus menaikkan harga minyak. Cuaca dingin yang tidak biasa menghambat produksi di negara bagian penghasil minyak mentah terbesar AS, Texas. 

Alhasil, harga minyak mentah Brent naik 1,6%, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup melesat 1,8%. Ini membuat harga minyak acuan tersebut cetak rekor tertinggi sejak Januari 2020.

Yield Treasury AS turun sedikit pada Rabu di tengah data ekonomi yang lebih kuat. Imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun, yang menyentuh 1,333%, level tertinggi sejak 27 Februari 2020, kemudian turun menjadi 1,2720%. Imbal hasil AS selama 30 tahun juga turun.

Selanjutnya: Harga emas anjlok 1% ke US$ 1.776 per ons troi, terendah sejak November 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari