KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia bergerak
mixed pada awal pekan ini. Senin (28/2) pukul 9.17 WIB, indeks Nikkei 225 turun tiis 0,01% ke 26.472. Hang Seng turun 0,74% ke 22.598. Indeks Kospi menguat 0,15% ke 2.680. Sedangkan Straits Times merosot 0,90% ke 3.264. FTSE Bursa Malaysia justru melejit 1,03% ke 1.608. Indeks saham benchmark Australia naik 0,39% dan Selandia Baru naik 0,74%.
Baca Juga: Konflik Rusia-Barat, Harga Emas Melejit ke Level Tertinggi dalam 13 Bulan Terakhir Indeks saham berjangka AS e-mini stock futures AS menunjukkan penurunan 2,32%. Sementara
safe-haven dolar dan yen diminati pasar setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Sanksi ini termasuk memblokir beberapa bank dari sistem pembayaran internasional SWIFT. Harga US Treasury tenor 10-tahun naik satu poin penuh. Sementara rubel Rusia mengindikasikan pelemahan 25% pada rekor terendah baru di sekitar 112 per dolar AS. Penurunan rubel terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan angkatan bersenjata nuklir dalam siaga tinggi pada hari Minggu, hari keempat serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Karena Peringatan Nuklir Rusia Saat Sanksi Meningkat "Kita memiliki banjir informasi yang sangat negatif selama akhir pekan," kata kata Kyle Rodda, seorang analis pasar di IG Australia seperti dikutip
Reuters. Dia menambahkan bahwa penguatan sejumlah pasar saham tidak akan bertahan lama. "Mengingat kita sedang berbicara tentang risiko stabilitas keuangan, dan ancaman perang nuklir," imbuh Rodda. Dia mengatakan bahwa pasar valuta asing (valas) menjadi sinyal terbaik sentimen pasar saat ini. Euro turun 0,9% menjadi US$ 1,1165 dan 0,85% menjadi 129,15 yen, sedangkan dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko masing-masing merosot 0,76% dan 0,85%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati