Bursa Asia dibuka bervariasi pada perdagangan hari ini, dibayangi ketegangan AS-China



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia dibuka bervariasi pada awal perdagangan pekan ini, Senin (27/7). Pukul 08.30 WIB, indeks Nikkei 225 turun 170,79 poin atau 0,75% ke 22.583,78, Taiex naik 316,24 poin atau 2,61% ke 12.621,86, Kospi naik 27,29 poin atau 1,24% ke 2.226,88, ASX 200 naik 13,70 poin atau 0,23% ke 6.037,70,Staits Times naik 14,61 poin atau 0,55% ke 2.593,82, dan FTSE Malaysia naik 3,61 poin atay 0,23% ke 1.593,57. 

Pergerakan bursa Asia terdorong oleh aksi penutupan konsulat di China dan Amerika Serikat yang menambah kekhawatiran tentang memburuknya hubungan diplomatik antara kedua negara.

Baca Juga: Bursa Asia cenderung tertekan menjelang akhir pekan


Asal tahu saja, saham global pekan lalu kehilangan kekuatan setelah Washington memerintahkan konsulat China di Houston untuk tutup, dan mendorong Beijing untuk membalas dengan cara menutup konsulat AS di Chengdu.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo membidik China minggu lalu, dan mengatakan Washington dan sekutunya harus menggunakan "cara yang lebih kreatif dan tegas" untuk menekan Partai Komunis China untuk mengubah caranya.

"Presiden AS Donald Trump biasa mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping adalah seorang pemimpin yang hebat. Tetapi sekarang kata-kata Pompeo menjadi sangat agresif sehingga pasar mulai khawatir tentang eskalasi lebih lanjut," kata Norihiro Fujito, kepala strategi investasi di Mitsubishi Securities seperti dikutip Reuters, Senin (27/7).

Investor berharap Kongres AS akan menyetujui kesepakatan sebelum reses musim panasnya, tetapi ada beberapa poin penting termasuk ukuran stimulus dan manfaat pengangguran yang meningkat.

Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan paket itu akan berisi tunjangan pengangguran yang diperpanjang dengan 70% "penggantian upah".

Demokrat, yang mengendalikan Dewan Perwakilan Rakyat, menginginkan peningkatan manfaat US$ 600 per minggu untuk diperpanjang dan mencari stimulus yang jauh lebih besar dibandingkan dengan rencana US$ 1 triliun Republik.

Selain perkembangan stimulus, investor mencari pendapatan perusahaan dari seluruh dunia untuk petunjuk tentang kecepatan pemulihan ekonomi global.

Baca Juga: Bursa Asia bervariasi, konflik AS-China jadi perhatian investor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi