Bursa Asia dibuka memerah, diterpa sentimen The Fed hingga ancaman Trump



KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Bursa saham Asia kembali dibuka di zona merah pada perdagangan Senin (10/9). Bursa Asia melanjutkan pelemahannya dalam delapan hari berturut-turut. 

Hal ini terjadi saat dollar AS cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang utama, terutama usai Presiden AS Donald Trump menaikkan taruhannya dalam sengketa perdagangan dengan China. 

Indeks MSCI Asia Pacific turun 0,2% dari pekan lalu. Sebelumnya indeks ini telah amblas 3,5% dalam sepekan terakhir, dan mencatatkan pekan terburuk sejak pertengahan Maret lalu. 


Indeks Nikkei Jepang dibuka lebih rendah, namun kembali menghijau setelah ada revisi data produk domestik bruto kuartal kedua menunjukkan data positif. Sementara itu, indeks Australia tergelincir 0,2% dan indeks Kospi korea selatan turun 0,1%. 

Pada pukul 8.20 WIB, Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,58% ke 156,42. Lalu, indeks Shanghai turun 0,39% ke 10.430  dan Indeks STI Singapura melorot 0,4% ke level 12.680.

Di akhir perdagangan Jumat (7/9), Wall Street juga berakhir di zona merah. Sementara indeks saham dunia mencatatkan penurunan mingguan terbesar dalam enam bulan terakhir. Ini terjadi usai Trump mengancam tarif impor China senilai US$ 267 miliar, lebih tinggi dari janji sebelumnya yang sebesar US$ 200 miliar. 

China sendiri sudah memperingatkan adanya pembalasan jika Trump bersikeras meluncurkan langkah baru. "Secara keseluruhan, AS akan terus menekan sampai China tunduk pada tuntutan AS," ujar laporan JP Morgan, seperti dikutip Reuters, Senin (10/9). 

Tak hanya itu, data surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat melebar menuju rekor di bulan Agustus. Hal ini makin meningkatkan ketegangan perdagangan China-AS. 

Trump, yang menantang China, Meksiko, Kanada, dan Uni Eropa tentang masalah perdagangan, kini telah menyatakan ketidaksenangan tentang defisit perdagangan besar negaranya dengan Jepang.

Dia mengatakan, diskusi perdagangan dengan Jepang telah dimulai. India juga telah meminta untuk memulai pembicaraan tentang kesepakatan perdagangan.

Sentimen lainnya yang akan menekan pergerakan harga saham global yakni prospek kenaikan suku bunga yang lebih cepat oleh Federal Reserve. Ekspektasi ini muncul usai data pertumbuhan pekerjaan AS tumbuh di atas perkiraan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti