Bursa Asia ditutup beragam pada Senin (1/11), berikut pemicunya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bursa utama di regional Asia ditutup bervariasi. Penguatan tertinggi dicatat oleh Indeks Nikkei 225 Tokyo yang menguat 2,61%. Disusul Indeks Strait Times milik Singapura yang menguat 0,65% pada perdagangan hari ini (1/11).

Sementara itu, Indeks Hang Seng ditutup terkoreksi 0,88%. Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,58% ke level 6.552,889. IHSG sempat menguat hampir di sepanjang perdagangan tapi akhirnya terperosok ke zona merah di akhir penutupan.

Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, sentimen utama  datang dari keputusan suku bunga acuan yang akan diumumkan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve Kamis pekan ini. Selain suku bunga, pengumuman tersebut diharapkan dapat memberikan berita terbaru mengenai sikap bank sentral tersebut terhadap kebijakan moneter ke depan.


Baca Juga: IHSG diprediksi masih akan memerah pada Selasa (2/11)

Sejumlah negara Asia mengumumkan kegiatan manufakturnya di bulan Oktober yang secara garis besar meningkat. Hanya saja beberapa negara mengumumkan perlambatan kegiatan manufaktur seperti China.

Di bulan tersebut, manufaktur Negeri Panda melambat akibat turunnya tingkat produksi dan kenaikan harga input dan output barang. Hal ini dinilai sebagai pertanda ekonomi China akan menghadapi pertumbuhan ekonomi yang stagnan.

Bursa Malaysia menjadi salah satu indeks terlemah di Asia setelah Perdana Menteri Zafrun Aziz mengumumkan APBN tahun 2022. Pos belanja meningkat terbesar senilai US$ 80 juta. Kenaikan belanja tersebut diimbangi dengan proyeksi penerimaan negara salah satunya dengan menaikan pajak laba korporasi sebesar 33% dari yang sebelumnya sebesar 24%.

Baca Juga: Proyeksi inflasi AS yang lebih kuat berpotensi melemahkan rupiah

Sementara Nikkei 225 menjadi indeks dengan penguatan tertinggi di Asia menyusul hasil pemilihan di parlemen yang memenangkan Fumio Kishida. Ketua Liberal Democratic Party (LDP) tersebut diharapkan akan meningkatkan anggaran belanja negara untuk menyokong ekonomi Jepang ditengah efek pandemi Covid-19.

Dari dalam negeri, IHS Markit Manufacturing purchasing  managers’ index (PMI) bulan Oktober menunjukan kegiatan manufaktur yang ekspansif sebesar 57,2 dari sebesar 52,2 pada bulan lalu. Hal ini didorong oleh kenaikan permintaan baru dan output barang serta kebutuhan tenaga kerja yang baru mencatatkan pertumbuhan yang positif untuk pertama kalinya sejak empat bulan terakhir.

Sedangkan tingkat inflasi Indonesia pada bulan Oktober tercatat meningkat 1,66% year-on-year (yoy) yang disebabkan oleh kenaikan harga pada sektor transportasi sebesar 1,21% (dari sebelumnya hanya 0,74%). Sementara sektor makanan, minuman & tembakau mencatatkan kenaikan inflasi yang cenderung turun menjadi sebesar 3,01% (dari sebelumnya 3,20%). Secara bulanan, inflasi naik 0,12% dari kondisi sebelumnya yang deflasi sebesar 0,04%.

Baca Juga: Pasar menanti tapering, begini proyeksi IHSG untuk perdagangan Selasa (2/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati