KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Indeks saham utama di Asia sore ini, Selasa (6/6), ditutup beragam (mixed) seiring dengan maraknya aksi ambil untung (profit-taking) setelah mengalami reli dua hari beruntun. Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, pergerakan bursa Asia juga dipengaruhi sikap investor yang menimbang peluang bank sentral AS, Federal Reserve, mempertahankan suku bunga acuan bulan ini. Investor merasa khawatir bahwa ekonomi AS mungkin sedang melambat setelah data ISM Non-Manufacturing Index di bulan Mei turun ke level terendah dalam tiga tahun. Ini merupakan sebuah sinyal bahwa pelemahan mulai muncul di industri konstruksi, pariwisata dan wilayah penting lain dalam ekonomi AS. Sektor jasa (services) menyumbangkan sekitar dua pertiga dari ekonomi AS. Ini bertolak belakang dengan rilis data non-farm payrolls (NFP) bulan Mei akhir pekan lalu yang secara tak terduga memperlihatkan penambahan lapangan kerja yang jauh lebih besar dari ekspektasi pasar. Sehingga mendorong potensi resesi akibat kenaikan suku bunga secara agresif oleh Federal Reserve semakin jauh dari kenyataan.
Bursa Asia Ditutup Bervariasi pada Selasa (6/6) Usai Dilanda Aksi Profit Taking
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Indeks saham utama di Asia sore ini, Selasa (6/6), ditutup beragam (mixed) seiring dengan maraknya aksi ambil untung (profit-taking) setelah mengalami reli dua hari beruntun. Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, pergerakan bursa Asia juga dipengaruhi sikap investor yang menimbang peluang bank sentral AS, Federal Reserve, mempertahankan suku bunga acuan bulan ini. Investor merasa khawatir bahwa ekonomi AS mungkin sedang melambat setelah data ISM Non-Manufacturing Index di bulan Mei turun ke level terendah dalam tiga tahun. Ini merupakan sebuah sinyal bahwa pelemahan mulai muncul di industri konstruksi, pariwisata dan wilayah penting lain dalam ekonomi AS. Sektor jasa (services) menyumbangkan sekitar dua pertiga dari ekonomi AS. Ini bertolak belakang dengan rilis data non-farm payrolls (NFP) bulan Mei akhir pekan lalu yang secara tak terduga memperlihatkan penambahan lapangan kerja yang jauh lebih besar dari ekspektasi pasar. Sehingga mendorong potensi resesi akibat kenaikan suku bunga secara agresif oleh Federal Reserve semakin jauh dari kenyataan.