Bursa Asia Ikut Jejak Penurunan Wall Street, Dibayangi Meningkatnya Krisis Ukraina



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham Asia-Pasifik jatuh pada perdagangan Kamis (23/2). Investor terus mengamati situasi krisis antara Rusia dan Ukraina.

Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 2,19%. Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 0,72% dan Topix turun 0,46%.

Di Korea Selatan, Kospi turun 1,34%. Bank of Korea akan menggelar pertemuan pada hari Kamis.


Di sisi pendapatan, Alibaba akan melaporkan pendapatan kuartal ketiganya.

Kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan di Rusia dan Ukraina tetap menjadi fokus. Ukraina pada hari Rabu mengumumkan bahwa mereka bermaksud untuk memberlakukan keadaan darurat selama 30 hari dengan kemungkinan perpanjangan. Langkah tersebut harus terlebih dahulu disetujui oleh parlemen.

Ukraina juga memperingatkan warganya untuk meninggalkan Rusia dan menghindari bepergian ke sana.

Baca Juga: Prediksi IHSG Kamis (24/2) Rawan Terkoreksi, Ini 3 Saham Pilihan untuk Dipantau

Krisis memasuki fase baru minggu ini ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Moskow akan secara resmi mengakui kemerdekaan dua daerah yang memisahkan diri di Ukraina timur.

Pada hari Rabu, media yang dikendalikan pemerintah Rusia melaporkan bahwa Moskow telah mulai mengevakuasi orang-orang dari kedutaan besarnya di Kyiv, ibukota Ukraina.

Semalam di Wall Street, tiga indeks acuan terus jatuh. S&P 500 turun 1,8% dan terkoreksi lebih dalam dan Dow Jones Industrial Average turun 1,38% menjadi 33.131,76. Nasdaq Composite yang berfokus pada teknologi kehilangan 2,6% menjadi 13.037.49.

Mata uang dan minyak

Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya, berada di 96,190.

Baca Juga: Wall Street: Dow Ditutup ke Level Terendah 2022, S&P Tenggelam Jauh ke Zona Merah

Yen Jepang diperdagangkan pada 114,91 per dolar, sedangkan dolar Australia berada di US$0,7216 setelah jatuh dari US$0,7233.

Harga minyak naik pada hari Rabu setelah membalikkan kerugian sebelumnya. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 1,36% menjadi diperdagangkan pada US$93,35 per barel di awal Asia pada hari Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto