Bursa Asia kembali memerah seiring data China



HONG KONG. Bursa saham Asia melemah di awal pekan, Senin (11/1). Pasca membatasi penurunan mingguan terbesar sejak 2011 lalu seiring data inflasi China yang mengecewakan dan kian menambah tekanan pada pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Indeks MSCI Asia Pasifik kecuali Indeks Jepang turun 0,8 % ke level 379,13 pada pukul 08:01 pagi waktu Hong Kong. Pasar perdagangan di Tokyo hari ini ditutup untuk liburan.

Pekan lalu, gejolak pasar finansial China telah memberikan dampak negatif ke seluruh dunia dipicu kembali langkah mendevaluasi mata uang yuan. Kebijakan ini kembali meningkatkan kekhawatiran terhadap mata uang global.


"Pasar khawatir tentang stabilitas keuangan China. Orang-orang juga cukup gugup tentang prospek ekonomi China. Pertumbuhan China tentu melambat, bertahap turun," kata Matthew Sherwood, head of investment strategy at Perpetual Ltd.

Dengan pasar ekuitas di China dan Hong Kong saat ini belum dibuka, Indeks Hang Seng berjangka dan kontrak pada Indeks FTSE China A50 turun setidaknya 1,1 % dalam perdagangan terbaru mereka. Saham China menguat di perdagangan volatile pada hari Jumat setelah pemerintah menghentikan pemutus sirkuit yang kontroversial, bank sentral mengakhiri pengurangan referensi mata uang Yuan selama 8 hari dan dana yang dikontrol pemerintah yang mengatakan bahwa akan membeli saham kembali.

Sebelumnya, indeks harga konsumen China naik 1,6 % pada bulan Desember dari tahun sebelumnya, menurut data dari Biro Statistik Nasional, Sabtu (9/1). Yang diikuti kenaikan 1,5 % pada November. Indeks harga produsen turun 5,9 % untuk bulan kelima secara berturut-turut, dibandingkan dengan perkiraan ekonom untuk penurunan 5,8 %.

Indeks S&P / ASX 200 Australia turun 1,7 % dan Indeks S&P Selandia Baru / Indeks NZX 50 melemah 0,8 %. Indeks Kospi Korea Selatan merosot 1,1 %.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto