SHANGHAI. Pada transaksi pembukaan pagi ini, saham-saham komoditas Asia berada di zona merah. Kemerosotan tersebut dipimpin oleh BHP Billiton Ltd, yang sahamnya ikut terjeblos setelah harga minyak dunia ambruk ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Selain itu, penurunan harga logam akibat resesi global yang berkepanjangan juga turut menjadi pemicu.BHP Billiton, yang merupakan perusahaan pertambangan dan produsen minyak terbesar di Australia, merosot 4,2% akibat anjloknya harga minyak di bawah US$ 44 per barel. Prediksi Merrill Lycnh & Co yang mengatakan harga minyak akan terus merosot mencapai US$ 25 per barel semakin memperparah kondisi tersebut. Sementara itu di Jepang, Inpex Corp juga tumbang 5,2%.“Saat ini kita berada dalam kondisi di mana permintaan semakin menurun dan hal itu membuat sektor komoditas semakin tertekan,” jelas Matt Riordan dari Paradise Investment Management di Sydney.
Bursa Asia Kembali Merah Terseret Komoditas
SHANGHAI. Pada transaksi pembukaan pagi ini, saham-saham komoditas Asia berada di zona merah. Kemerosotan tersebut dipimpin oleh BHP Billiton Ltd, yang sahamnya ikut terjeblos setelah harga minyak dunia ambruk ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Selain itu, penurunan harga logam akibat resesi global yang berkepanjangan juga turut menjadi pemicu.BHP Billiton, yang merupakan perusahaan pertambangan dan produsen minyak terbesar di Australia, merosot 4,2% akibat anjloknya harga minyak di bawah US$ 44 per barel. Prediksi Merrill Lycnh & Co yang mengatakan harga minyak akan terus merosot mencapai US$ 25 per barel semakin memperparah kondisi tersebut. Sementara itu di Jepang, Inpex Corp juga tumbang 5,2%.“Saat ini kita berada dalam kondisi di mana permintaan semakin menurun dan hal itu membuat sektor komoditas semakin tertekan,” jelas Matt Riordan dari Paradise Investment Management di Sydney.