TOKYO. Mayoritas saham di bursa Asia-Pasifik masih melanjutkan penurunan kemarin. Pada pukul 09.48 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific, di luar indeks Jepang, turun 1% menjadi 375,62. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 1,6% menjadi 3.901,60. Sedangkan indeks Hang Seng turun 1,82% menjadi 17.585,80. Saham-saham berkapitalisasi besar yang pergerakannya mempengaruhi bursa Asia antara lain: BHP Billiton Ltd yang anjlok 2,8% di Sydney, Alumina Ltd turun 1,8% di Sydney, Korea Zinc Co anjlok 10% di Seoul, serta Samsung Electronics Co yang turun 2,5% di Seoul. Tampaknya, investor makin cemas karena krisis utang Eropa tak kunjung beres. Di saat yang sama, ekonomi di AS berada di tubir jurang resesi. Investor khawatir, para penentu kebijakan dunia kehabisan cara untuk menangani penyebaran krisis. "Aksi jual yang sangat agresif di pasar saham menunjukkan adanya kemungkinan perekonomian dunia masuk ke jurang resesi. Ada juga kecemasan bahwa para penentu kebijakan dunia sudah kehabisan cara dalam menangani situasi ini," urai Tim Schroeders dari Pengana Capital Ltd di Melbourne.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bursa Asia masih melanjutkan penurunan kemarin
TOKYO. Mayoritas saham di bursa Asia-Pasifik masih melanjutkan penurunan kemarin. Pada pukul 09.48 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific, di luar indeks Jepang, turun 1% menjadi 375,62. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 1,6% menjadi 3.901,60. Sedangkan indeks Hang Seng turun 1,82% menjadi 17.585,80. Saham-saham berkapitalisasi besar yang pergerakannya mempengaruhi bursa Asia antara lain: BHP Billiton Ltd yang anjlok 2,8% di Sydney, Alumina Ltd turun 1,8% di Sydney, Korea Zinc Co anjlok 10% di Seoul, serta Samsung Electronics Co yang turun 2,5% di Seoul. Tampaknya, investor makin cemas karena krisis utang Eropa tak kunjung beres. Di saat yang sama, ekonomi di AS berada di tubir jurang resesi. Investor khawatir, para penentu kebijakan dunia kehabisan cara untuk menangani penyebaran krisis. "Aksi jual yang sangat agresif di pasar saham menunjukkan adanya kemungkinan perekonomian dunia masuk ke jurang resesi. Ada juga kecemasan bahwa para penentu kebijakan dunia sudah kehabisan cara dalam menangani situasi ini," urai Tim Schroeders dari Pengana Capital Ltd di Melbourne.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News